Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jelang Ramadan, Camilan Ladu Laris Manis dan Makin Diburu Wisatawan

Camilan Ladu merupakan camilan tradisional yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang.

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Mujib Anwar
SURYA/SANY EKA PUTRI
Mubin, pembuat camilan Ladu melakukan proses oven pembuatan kue Ladu di kediamannya, Dusun Kandangan, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Rabu (24/5/2017). Jelang Ramadan, camilan ini banyak dicari oleh wisatawan. 

TRIBUNJATIM.COM, BATU - Tidak lengkap rasanya jika mengunjungi Kota Batu belum mencicipi camilan khas wong Batu sejak nenek moyang, yakni Camilan Ladu.

Camilan yang sudah ada sejak jaman kakek buyut ini ternyata jika menjelang Ramadhan bakal banyak dicari oleh wisatawan.

Camilan yang terbuat dari beras ketan dan gula putih ini ternyata sejak dulu juga sudah menjadi jamuan untuk tamu. Oleh karena itu tak lengkap rasanya jika berkumpul tanpa kehadiran camilan Ladu ini.

Suryamalang.com, mendatangi salah satu pembuat camilan Ladu di Dusun Kandangan, Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Rabu (24/5/2017).

Mubin Nuri (37) baru menjajahi dunia kuliner ini sejak dua tahun lalu. Itupun ia menjadi generasi kelima dari nenek buyutnya yang saat itu membuat kue Ladu.

Mubin mengatakan dalam sehari ia bisa membuat kue ladu sebanyak 15 kg. Namun saat bulan Ramadan hingga Lebaran, permintaan kue ladu semakin banyak bahkan bisa hingga mencapai 20 hingga 30 kg per harinya.

"Iya kalau lebaran biasanya banyak yang pesan. Kebanyakan yang pesan itu di luar kota, seperti Surabaya, Jakarta," kata Mubin.

Kebanyakan yang pesan camilan ini, lanjut ayah dua orang anak itu, langsung memesan ke rumahnya untuk membeli beberapa bungkus.

Kadang juga dari tengkulak langsung pesan beberapa bungkus untuk dijual di toko oleh-oleh Kota Batu. Ia menjual satu bungkus camilan Ladu seberat 1,2 kilogram ini sebesar Rp 32 ribu.

"Setiap hari kami di sini produksi. Saya dibantu oleh dua orang karyawan warga Desa Gunung Sari untuk membuat kue Ladu. Produksinya ya mulai subuh sampai siang, kadang kalau pesanan banyak kami membuat subuh sampai subuh lagi," ujar mantan pedagang sayur itu.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kue Ladu ini tidak sembarangan. Bahkan saat pertama kali ia membuat kue Ladu, dia memakai beras dari Thailand.

Namun karena beras Thailand saat ini sudah tidak produksi lagi maka dia pun mengganti beras ketan dengan beras ketan Jawa. Ketika ia membuat kue Ladu dengan beras ketan bukan dari Thailand dia pun juga mengalami beberapa kali kegagalan.

Hal itu dikarenakan ketidakcocokan beras ketan sebagai bahan utama membuat kue Ladu. Setidaknya Iya sudah mengalami kegagalan karena gonta-ganti beras ketan sebanyak 23 kali.

Namun ia tidak menyerah, ia tetap berusaha menekuni sebagai pembuat kue Ladu ini. Baginya membuat kue Ladu ini sudah menjadi kewajiban bagi generasi dikeluarganya secara turun temurun.

Dirinya tidak bisa sembarangan dalam menciptakan rasa, bentuk, earna, dan aroma dari camilan Ladu ini.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved