Nelayan Surabaya Jadi Korban Proyek Normalisasi Sungai Kalianak
Nelayan Surabaya mengeluhkan normalisasi Sungai Kalianak yang dilakukan Pemkot dan berdampak buruk bagi mereka.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Nelayan di Sungai Kalianak mengeluhkan kegiatan normalisasi dari Dinas PU Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Surabaya yang tak kunjung selesai.
Sebab dengan adanya alat berat yang melakukan kegiatan di sungai Kalianak tersebut, banyak perahu yang akhirnya tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
"Saya sudah mendapat arahan dari DPUBMP Surabaya, kalau alat berat sedang bekerja dan saat akan berpindah, maka perahu nelayan harus dipindahkan," kata Kastaman saat mendapat kunjungan Komisi C DPRD Surabaya, Jumat (6/10/2017) siang.
Sebagai koordinator nelayan sekaligus ketua RT 1 RW 8 Morokembangan, pihaknya diberi tugas oleh Pemkot untuk mengatur dan mengondisikan nelayan dalam kegiatan normalisasi ini.
(Bonek yang Tewaskan Pendekar PSHT Terus Diburu, Usai 2 Tersangka, Lalu Provokator, Terus Giliran)
Menurutnya, kegiatan normalisasi ini sudah berlangsung sejak akhir bulan Mei, namun ia mengeluhkan sampai saat ini normalisasi belum juga rampung.
Bahkan menurutnya ada penurunan kinerja dari alat berat.
Ia mencontohkan, saat awal-awal pengerjaan, setiap harinya ada sebanyak 23 dumptruk yang membawa lumpur hasil pengerukan sungai.
"Sekarang paling hanya dua hingga tiga dumptruk saja. Kerjanya juga hanya setengah hari. Kalah begini terus kapan selesainya," ucap Kastaman.
(2.000 Rumah Murah untuk Prajurit TNI/Polri Akan Dibangun di Pasuruan, Disini Lokasinya)
Padahal jika ada alat berat, akses perahu dari hulu ke hilir tidak bisa maksimal.
Sebab sungai yang hanya bersisa empat hingga lima meter ini harus berbagi dengan alat berat yang cukup lebar.
Tidak hanya itu, ia juga menyebutkan kinerja pengerukan tidak sampai hilir.
"Masih ada sekitar 200 meter yang belum dikeruk. Padahal di sepanjang hilir itu sekarang sudah dangkal. Perahu jalan kadang nggak bisa, harus menunggu pasang," imbuh Kastaman.
Ia juga menyebutkan, warga di sini mendukung adanya normalisasi sungai. Sebab jika ada air kiriman dari laut, atau rob, kampungnya selalu banjir.
