Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Natal dan Tahun Baru

Pohon Natal Bahan Batik di Mojokerto ini Jadi Simbol Kerukunan Nusantara

Namun bagaimana jadinya jika pada umumnya natal selalu identik dengan menghias pohon cemara, kali ini berubah menggunakan kain batik?

Penulis: Rorry Nurmawati | Editor: Yoni Iskandar
Surya/Rorry Nurmawati
Pohon Natal batik salah satu keunikan pohon natal yang dimiliki oleh Gereja Katolik Santo Yosep, Kota Mojokerto. 

 TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Natal seakan tak lengkap tanpa kehadiran pohon Natal yang telah dihiasi bola serta lampu warna warni yang sangat indah di setiap rumah atau pun Gereja.

Namun bagaimana jadinya jika pada umumnya natal selalu identik dengan menghias pohon cemara, kali ini berubah menggunakan kain batik?

Keunikan ini tercipta dari Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Katolik Santo Yosep, Kota Mojokerto, yang memanfaatkan kain batik sebagai bahan utama dalam membuat pohon natal.

Mengangkat tema Nusantara, para OMK Gereja Katolik Santo Yosep ini membuat dua buah pohon natal unik dari kain batik sumbangan para jemaat.

Jika dilihat lebih seksama, pohon Natal tersebut merupakan kombonasi dari rangkain-rangkaian kain perca batik yang dihias pada sebuat kerangka menyerupai pohon cemara dengan tinggi masing-masing 4,5 meter dan 2,5 meter.

Kain batik ini pun menjadi tampak indah tak kala ditambahkan dengan aksesoris pendukung lainnya. Seperti bunga-bunga yang juga terbuat dari kin batik, lampu warna-warni dan beberapa aksesoria natal lainnya.

Untuk pengerjaannya sendiri, membutuhkan waktu hampir dua minggu. Mulai dari menjahit kain perca batik, membuat pola, hingga menempelkan ke kerangka pohon.

Besok, Arumi dan Kak Seto Jadi Pembicara di Seminar yang Digelar GePe MKGR

Jika dirinci lebih dalam, pohon natal setinggi 4,5 meter membituhkan lebih dari sepuluh meter kain untuk menutup bagian latar belakang kerangka.

"Kami membuat polanya terlebih dahulu, baru kemudian merangkainya dengan menjahit. Karena hampir semua kain batik yang kami peroleh merupakan kain batik percah. Sehingga butuh perhitungan khusus untuk bisa dirangkai menjadi pohon besar seperti ini," kata Koordinator OMK Gereja Katolik Santo Yosep Dodik Firmansyah, Kamis (21/12/2017).

Selain untuk memeriahkan Hari Raya Natal lanjut Dodik, pohon Natal batik juga dibuat untuk meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap kain batik sebagai khasanah budaya bangsa Indonesia. Dengan harapan terciptanya kerukunan antar umat beragama lainnya.

"Kami sengaja menggunakan kain batik karena sesuai dengan tema yang diangkat yakni Nusantara. Dimana hampir semua daerah dari Sabang sampai Marauke memiliki kain batik yang beragam. Untuk itu, keberagaman tersebut kami tuangkan melalui Pohon Natal yang memiliki simbol kerukunan," tutupnya. (Surya/Rorry Nurmawati)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved