Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Petambak Lamongan Pusing, Udang Vannamei Sulit Tumbuh dan Tetap Kerdil

Hasil tambak udang Vannamei di Kabupaten Lamongan terus merosot dan bikin petambak pusing.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
SURYA/HANIF MANSHURI
Udang Vannamei perkembangannya kerdil, hasil produksi tambak budidaya Lamongan, Minggu (4/3/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Hasil petambak Lamongan kini cenderung terus merosot. Produksi ikan hasil budidaya, udang Vannamei semakin sulit proses pemeliharaannya dan tidak diketahui penyebab kematiannya.

"Merawatannya sulit. Berbagai cara diterapkan, hasilnya tetap saja tidak maksimal," ungkap Abdul Kadir, petambak Deket Lamongan, kepada Tribunjatim.com, Minggu (4/3/2018).

Menurutnya, dua tahun ini para petambak kerepotan untuk membesarkan peliharaan udang Vannamei.

Udang Vannamei lambat besarnya meski dalam hitungan bulan sudah berumur.

"Kerdil, lamban dan udangnya kecil-kecil. Padahal umurnya cukup," kata H Marjan.

Rekayasa pemberian makanan, baik makanan hasil pabrikan maupun makananan campuran dari gilingan jagung tak pernah henti.

Demikian juga obat atau nutrisi makanan dan pupuk olahan pabrikan pendukung sudah diterapkab semuanya.
Porsinyapun ditambah, tapi udang tetap saja besarnya lamban.

Padahal beberapa tahun lalu, umur 2, 5 bulan besarnya bisa diandalkan untuk dipanen.

"Sekarang ini sulit sekali perkembangannya,"katanya.

Praktis, dengan kondisi ini hasil produksi turun. Kerdilnya ikan berpengaruh dengan harga, alias harganya tidak bisa terdongkrak.

Sementara petambak Lamongan mayoritas beralih dan hanya mengandalkan hasil ikan budidaya udang Vannamei.

Bandeng, sombro, dan putihan hanya sebagai pelengkap dan banyak ditinggalkan para petambak.

Para petambak kini hanya bisa menerima kenyataan ini tanpa bisa menemukan solusinya.

Berharap udang besar, petambak terpaksa manambah masa pemeliharaan hingga waktu panen.

Cara itu, petambak tetap saja rugi waktu karena bertambah lama.

Sedangkan bagi petambak yang lahannya sistim sewa, akan lebih parah lagi. Antara biaya dengan hasil tak sebanding.

Apalagi mereka yang tidak bisa terjun sendiri mengerjakan lahannya.

"Kalau lahannya kontrak, dan semua dikerjakan sendiri masih lumayan. Karena tidak mengeluarkan biaya pekerja," ungkap Karsipin. (Surya/Hanif Manshuri)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved