Bir Oplosan Beredar di Cafe-cafe Sidoarjo, Kapolda Jatim Datangi Lokasi Pengoplosan
Kapolda Jatim Irjen Pol Mahfud Arifin datangi home industri pengoplosan bir di Dusun Kedungturi, Desa Janti,Kecamatan Tulangan, Sidoarjo
Penulis: M Taufik | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Kapolda Jatim Irjen Pol Mahfud Arifin mendatangi home industri pengoplosan bir di Dusun Kedungturi, Desa Janti, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, Sabtu (28/4/2018).
Di rumah dua lantai yang biasa dipakai memproduksi bir oplosan itu, Kapolda sempat bertemu empat orang pelaku dan melihat langsung berbagai bahan berbahaya serta alat yang dipakai untuk mengoplos minuman keras (miras).
Tersangka utamanya adalah Moch Saifudin (32), warga Bluru Kidul Sidoarjo sebagai pemilik usaha sekaligus pengelola. Sementara tiga karyawannya bertugas mengoplos dan mengedarkan, yakni Wahyudin, Andik Setiawan, dan Sutrisno.
Baca: Begini Modus Produsen Miras Oplosan di Sidoarjo
"Mereka ini mengoplos minuman, tapi mereka sendiri tidak pernah meminumnya. Karena minuman hasil oplosan ini memang berbahaya," ungkap Mahfud Arifin.
Para tersangka ini biasa berpindah-pindah dalam menjalankan bisnisnya agar tidak ketahuan. Sebelumnya mereka beroperasi di kawasan Rungkut Surabaya, kemudian sejak sekitar lima bulan lalu pindah di Janti dengan mengontrak rumah milik Sutanto di Jalan Raya Janti tersebut.
"Kami nyatakan perang terhadap peredaran minuman keras. Saya sudah perintahkan semua Kapolres untuk menangkapi para pengoplos, penjual dan produsen miras oplosan," tegas Kapolda.
Di rumah itu, Kapolda juga sempat melihat langsung berbagai bahan yang dipakai mengoplos bir. Termasuk alkohol 70 persen, kayu doro putih, pewarna makanan, foam pembusa dan sebagainya.
Menurut keterangan tersangka Saifudin, untuk mengoplos miras pihaknya terlebih dulu kulakan bir dari toko resmi. Dua merek yang biasa dioplos adalah Bir Bintang dan Guinness.
Baca: Orang Tua Bayi Kembar Asal Ternate, Gelisah Sejak Kehamilan Bulan Keempat
Satu botol bir dioplos dengan 19 liter cairan hasil pencampuran alkohol 70 persen, perwarna makanan dan foam pembusa. "Bintang dan Guinness takaran campurannya berbeda," jawab tersangka saat diinterogasi petugas.
Dengan cara itu, satu botol bisa dioplos menjadi lima botol. Mereka mengaku sekali produksi butuh 10 hari. Dan setiap kali produksi menghasilkan 84 krat bir bintang yang setiap krat berisi 16 botol, serta 36 krat Guinnes yang setiap kratnya berisi 24 botol.
Sekali produksi bisa untung Rp 10,5 juta. Sehingga setiap bulan rata-rata keuntungannya mencapai Rp 32 juta. "Iya, rata-rata sebulan segitu," jawab tersangka lirih.
Baca: Gibran Rakabuming Raka Bicara Soal Kenapa Dia Tak Pernah Mau Ada Pengawalan
Mereka mengaku selama ini wilayah edarnya cuma di sekitar Sidoarjo. Utamanya di cafe-cafe dan tempat hiburan malam. Termasuk KTV, Cafe Biru, Cafe Cantik, Larosa, dan Cafe Niken.