Mantan Ketua KPK Minta Warga Muhammadiyah Tak Pilih Pemimpin Karena Sogokan
"Jangan mendukung calon pemimpin yang bermain dengan uang. Apalagi ada permainan cukong yang gak bener"
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Muhammadiyah harus tetap mendukung pelaksanaan pemilu dan pilkada. Karena pada dasarnya Muhammadiyah tidak anti politik.
"Tapi jangan mendukung calon pemimpin yang bermain dengan uang. Apalagi ada permainan cukong yang gak bener," tegas mantan ketua KPK yang juga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M Busyro Muqoddas, di acara pengajian pimpinan dan tabligh akbar di pelataran Masjid Al-Azhar Lamongan, Selasa (1/5/2018) siang.
Busyro mencontohkan, di ibukota DKI Jakarta, karena adanya keterlibatan cukong, sawah pun dirubah jadi lahan Industri, pasar tradisional dirubah pasar modern. Laut diurug atau direklamasi, seperti yang terjadi di ibukota Jakarta.
Ia menekankan, memilih calon pemimpin, jangan karena yang memberi sogokan. Jangan memilih calon pimpinan yang suka menyuap.
"Yang disuap maupun yang menyuap itu sama-sama jaminannya neraka," tegasnya.
Menurut Busyro, apa yang disampaikan di depan warga Muhammadiyah didudukung bukti selama empat tahun dirinya memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bahwa, hampir mencapai 76 persen pejabat korupsi karena suap.
Suap yang banyak dijalani adalah dalam bentuk gratifikasi. "Gratifkasi itu korupsi yang paling mudah," ungkapnya.
Menurutnya, otonomi daereh menimbulkan problem tersendiri. Karena tidak cukup daya tahan sistem yang anti korupsi belum dipersiapan dengan baik. "Disamping faktor mental," katanya.
Sehingga di daerah-daerah sudah masif sudah merata pola korupsi itu. Itu diperkuat dengan OTT- OTT yang ada.
Korupsinya, menurut mantan Ketua Komisi Yudisial RI 2005-2010 ini rata-rata bentuknya adalah gratifikasi dan suap. Harapan dan imbalan proyek, infrastruktur serta jasa."Hampir semunya diproyekin," katanya
Lebih parah lagi, uang suap itu umumnya dilakukan pejabat dan dibawa masuk ke rumah. Sementara istri pejabat rata-rata tahu, tapi istri diam saja.
"Uang kok satu koper dibawa pulang, mestinya istri tanya, dari mana," katanya sinis.
Peran istri juga menentukan akan tegaknya negara. Karena wanita itu adalag tiang negara. Dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang salehah.
Makanya rumah tangga Islam itu harus terbuka. Istri jadikan bendahara dan jangan dijadikan kasir.
"Dan sebelum berpolitik, beresi dulu keluarga," tandasnya
Berpolitik harus didukung dengan akhlak yang baik. Apa yang diungkapkan Bursyro di depan jamaah Muhammadiyah itu didasari akan kedudukan ormas Muhammadiyah, sebagai organisasi yang turut mendirikan negara Republik Indonesia.
Muhammadiyah tidak anti politik. Karena salah satu pendiri negara ini adalah Ki Bagus Hadi Kusumo dari Muhammadiyah. (Surya/Hanif Manshuri)