Serangan Bom di Surabaya
Kapolda Jatim Tak Mau Kembalikan Anak Bomber ke Kerabatnya Bila Tak Ada Jaminan 'Kewarasan'
Peristawa ledakan bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo dalam dua hari berturut-turut, semuanya tercatat melibatkan anak-anak.
Penulis: Triana Kusumaningrum | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Triana Kusumaningrum
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Peristawa ledakan bom yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo semuanya tercatat melibatkan anak-anak.
Seperti yang terjadi pada Senin (14/5/2018) pagi di Polrestabes Surabaya.
Dalam peristiwa tersebut melibatkan seorang anak perempuan berusia tujuh tahun yang berinisial AAP.
AAP berhasil selamat dari ledakan bom yang diduga dibawa oleh kedua orang tuanya.
Saat ini AAP dirawat secara intensif di RS Bhayangkara.
(Tim Densus 88 Amankan 2 Terduga Teroris di Singosari Malang)
(Wakapolrestabes Surabaya dan Ibu Kapolda Jatim Besuk Ahmad Nurhadi, Korban Ledakan Bom Gereja SMTB)
Terkait hal tersebut Kapolda Jawa Timur Machfud Arifin mengatakan akan melalukan pendampingan secara intensif.
"Kalau sudah sehat kita beri pemahaman, pendampingan terhadap anak-anak ini, polwan, psikolog, terus ahli radikalisasi untuk memberi pemahaman yang benar supaya nggak teriang-iang terus kejadian ini," ujar Machfud pada Selasa (15/4/2018)
Kapolda Jawa Timur menambahkan pihaknya akan meminta jaminan pada pihak keluarga yang berhak atas pengasuhan anak tersebut.
"Karena semuanya orang tuanya sudah meninggal, mungkin neneknya, mungkin omnya, mungkin pakdhenya harus betul-betul dijamin yang dia 'waras' dalam merawat anak-anak ini, kalau nggak ada jaminan dan pemahaman yang 'waras' tidak akan saya berikan," tegas Machfud Arifin.
Adapun empat anak yang tercatat selamat dari lima ledakan tersebut.
Tiga di antaranya ialah anak dari bomber di Wonocolo Sidoarjo, meliputi AR, FP dan GHA.
Sementara satu lagi yakni AAP, anak dari pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya.