Hadir ke Pemakaman Evan dan Nathan, Arist Merdeka Sirait: 'Pengantinnya' Sudah Bukan Orang Dewasa
Evan dan Nathan, korban tewas bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Ngagel pada Minggu (13/5/2018)
Penulis: Samsul Arifin | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Syamsul Arifin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Evan dan Nathan terpaksa kehilangan hidupnya usai jadi korban bom bunuh diri di gereja di Surabaya.
Kedua anak ini jalani prosesi pemakaman di rumah persemayaman Adi Jasa, Demak, Surabaya. Rabu, (16/5/2018).
Siapa sangka, Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Siraitturut datang sampaikan rasa dukanya
Usai mengikuti prosesi penutupan peti tersebut Arist mengomentari dampak dari tragedi krisis kemanusiaan ini.
(Terapis dari Pemkot Surabaya dan Universitas Dikerahkan Fasilitasi Trauma Healling di GKI)
(Sempat Berhadapan dengan Pelaku, Saksi Mata Ungkap Suasana Penyerangan Mapolda Riau, Polisi Teriak)
Menurutnya, peristiwa ini merupakan bentuk modus baru yang harus diwaspadai karena melibatkan anak-anak.
“Pengantinnya ini sudah bukan lagi orang dewasa tetapi juga anak-anak, ini artinya bukan pengantin tapi keluarga, keluarga ini intens untuk mendoktrin untuk menutup informasi kepada masyarakat, dan ini jaringan yang terjalin satu-satunya di Indonesia,” urainya kepada TribunJatim.com.
Oleh karena itu demi kepentingan anak, lanjut Arist, Komnas Perlindungan Anak mengingatkan kepada pelaku berhenti untuk melakukan faham radikalisme terhadap anak.
“Oleh karena itu perlu saya hadir di sini, nantinya akan bekerja sama dengan pihak Polda Jatim, untuk mendorong anak pelaku yang masih ada untuk melakukan deradikalisasi,” cetusnya.
(Pakde Karwo Anggap Pendekatan Local Wisdom Salah Satu Langkah Efektif Tangkal Radikalisasi)
Karena menurut Arist, anak yang terlibat ini sudah tidak seperti anak pada umumnya, maka diperlukannya deradikalisasi supaya anak tersebut bisa normal.
“Bentuknya nanti kami akan lakukan terapi sikologis, apalagi sekarang tinggal mereka saja, untuk berapa lama nya, tergantung intensnya pendampingan,” kata pria berambung gondrong ini.
Tidak ada toleransi bagi kejahatan teroris ini dengan mengorbankan anaknya, ia juga meminta kepada seluruh element masyarakat terutama elite politik untuk jangan membuat gaduh seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Ini merupakan kejahatan kemanusiaan yang harus kita atasi bersama,” pungkasnya.
Peran sosial masyarakat juga penting, menurut Arist, ia berharap untuk masyarakat agar anaknya disekolahkan ke sekolah normal, karena pendidikan itu dasar toleransi dan kebersamaan.
(Laga Kontra Bali United Jadi Debut Milan Petrovic Tangani Arema FC sebagai Pelatih Kepala)