Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pilgub Jatim 2018

Guru Besar UIN Sunan Ampel Prihatin: Dalil Agama Dijadikan Alat Kampanye di Pilkada Jatim

Guru Besar UIN Sunan Ampel mengaku prihatin keluarnya dalil agama untuk kepentingan politik di Pilkada Jatim.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Agustina Widyastuti
TRIBUNJATIM.COM/AQWAMIT TORIK
Puti Guntur Soekarno, Gus Ipul, Khofifah, dan Emil Dardak, saat menghadiri Deklarasi Kampanye Damai di Maspion Square, Surabaya, Minggu (18/2/2018). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Guru Besar Sejarah Pemikiran Politik Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, Prof Abd A'la, mengaku prihatin dengan keluarnya dalil agama untuk kepentingan politik kelompok tertentu di Pilkada Jatim.

"Saya sudah mendengar dan sangat menyedihkan jika ada dalil agama dijadikan alat politik. Sekelompok orang menghalalkan segala cara untuk kepentingan politik tertentu," katanya kepada wartawan, Kamis (7/6/2018).

Menurut guru besar yang baru saja menghabiskan masa jabatannya sebagai rektor UIN Sunan Ampel Surabaya ini, agama seharusnya menjadi dasar umatnya untuk bersiyasah atau berpolitik, bukan sekadar dijadikan alat.

Kolak Ayam Gumeno di Kecamatan Manyar Gresik, Melestarikan Tradisi Sunan Dalam

"Agama yang mengajarkan kemanusiaan dan kebaikan harus menjadi dasar dan tujuan berpolitik umat, bukan dijadikan alat," terangnya.

Jika cara berpolitik itu tidak selaras dengan tujuan agama, dia memastikan tujuan berpolitik kelompok itu tidak akan membawa kemaslahatan bagi umat manusia.

”Karena niatnya sudah kurang baik, yaitu memanfaatkan agama sebagai alat, maka tidak akan barokah,” ujarnya.

Seperti diberitakan, sejumlah ulama, bu nyai, dan pendukung Khofifah-Emil menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto, 3 Juni 2018 lalu.

Pertemuan tersebut menghasilkan surat fatwa bernomor 1/SF-FA/6/2018.

Tumbangkan Mitra Kukar 3-1, Aji Santoso: Kemenangan Ini Saya Persembahkan untuk Masyarakat Lamongan

Surat itu menyerukan dan menfatwakan Fardhu Ain (wajib bagi setiap individu) seluruh masyarakat Jatim untuk memilih salah satu paslon pada pilkada 27 Juni mendatang.

Alasannya masyarakat Jawa Timur adalah bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan amanat kemerdekaan, yaitu terwujudnya kehidupan yang maju, adil, dan makmur.

Tidak hanya itu, alasan mengeluarkan seruan dan fatwa fardu ain memilih paslon itu juga ditinjau dari segi agama.

Sebagimana dikatakan salah seorang kiai asal Banyuwangi, bahwa hukumnya jika ada calon yang lebih baik namun justru memilih pemimpin yang lain.

KPK Tetapkan Wali Kota Blitar dan Bupati Tulungagung Periode 2013-2018 sebagai Tersangka

"Ada hadist yang mengatakan barang siapa yang memilih pemimpin di antara yang dipimpinnya adalah orang muslim yang dia tahu bahwa ada orang lain yang tidak dua pilih lebih baik dari yang dipilih maka sungguh dua berkhianat pada Allah dan Rasulnya," ucapnya.

Yuk subscribe Channel TribunJatim.com lainnya:

YouTube:

Instagram:

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved