Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Benteng Kedung Cowek - Saksi Bisu Dahsyatnya Pertempuran 10 November, Ada Peluru Bersarang di Tembok

Benteng Kedung Cowek menjadi saksi bisu dalam peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Penulis: Nurul Aini | Editor: Ani Susanti
ISTIMEWA
Benteng Kedung Cowek 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nurul Aini

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Benteng Kedung Cowek menjadi saksi bisu dalam peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Bukti dahsyatnya pertempuran Surabaya masih terlihat jelas dari bekas bangunan benteng yang rusak imbas dari tembakan senjata.

Hal tersebut dikatakan oleh Ady Setyawan, pendiri komunitas pemerhati sejarah, Roode Brug Soerabaia yang melakukan observasi bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan pada (23/7/2018) lalu.

Kondisi Benteng Kedung Cowek Saat Pemkot Surabaya Lakukan Observasi
Kondisi Benteng Kedung Cowek Saat Pemkot Surabaya Lakukan Observasi (ISTIMEWA)

Pemkot Surabaya Rencanakan Benteng Kedung Cowek Jadi Objek Wisata, Jejak Sejarah Mulai Ditelusuri

Dari hasil penelusuran di lokasi, ditemukan beberapa peluru yang masih bersarang di tembok benteng.

“Benteng ini pada perang 10 November digunakan oleh bekas pasukan Heiho bentukan Jepang, yang merupakan orang-orang yang berasal dari Sumatera,” kata Ady.

Pria yang pernah menulis buku benteng-benteng Surabaya ini menjelaskan, pasukan Heiho tersebut sebelumnya bertempur di Pulau Morotai dengan kondisi kalah perang.

Ketika pasukan ini sampai di Surabaya, oleh Kolonel Wiliater Hutagalung, mereka diminta untuk kembali membantu melawan sekutu.

Kondisi Benteng Kedung Cowek Saat Pemkot Surabaya Lakukan Observasi
Kondisi Benteng Kedung Cowek Saat Pemkot Surabaya Lakukan Observasi (ISTIMEWA)

Punya Nilai Sejarah, Benteng Kedung Cowek akan Jadi Rangkaian Wisata Pantai Timur Surabaya

Dinilai dari sisi lain, benteng ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa tahun 1945, rasa satu nusa, satu bangsa, untuk berjuang bersama mempertahankan Indonesia dari para penjajah sudah kuat.

“Tanpa memikirkan berasal dari suku mana, mereka rela berkorban ikut berjuang bertempur di Kota Surabaya,” imbuh Ady.

Ady menambahkan, keberadaan dua aset besar di Surabaya juga menjadi alasan kuat para pejuang dari seluruh pelosok nusantara rela mati-matian mempertahankan Surabaya.

Dua aset tersebut yakni pelabuhan Surabaya, tempat akses keluar dua-pertiga pabrik gula terbesar se Jawa, dan yang kedua yakni keberadaan pangkalan angkatan laut terbesar se Hindia-Belanda.

Jika dapat menjadi destinasi wisata, diharapkan wisatawan dapat belajar banyak dari sejarah yang pernah terjadi di benteng tersebut.

Soal Dugaan Pungli, Puluhan Orang dari Pamekasan Gelar Aksi di Depan Pengadilan Negeri Surabaya

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved