Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Demi Pertahankan Budaya dan Cinta ke Pahlawan Pasuruan, Devi dan Husni Pilih Nikah Unik Ala Sakera

Pasangan Devi dan Husni memilih menikah unik Ala Sakera, demi pertahankan budaya dan cinta ke Pahlawan Pasuruan.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Mujib Anwar
SURYA/GALIH LINTARTIKA
Devi Hayu Indrianti dan Kurniawan Husni yang menikah ala Sakera di Pasuruan, Senin (17/8/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Devi Hayu Indrianti dan Kurniawan Husni resmi menjadi pasangan suami istri (pasutri), Senin (17/8/2018). Hari ini, adalah hari bahagia keduanya.

Usai resmi menjadi sepasang suami istri, keduanya melanjutkan prosesi resepsi. Dari rumah mempelai perempuan di Bangil, keduanya diarak menuju Graha Plaza Bangil.

Arak-arakan ini terbilang istimewa. Kenapa, karena keduanya diiringi ratusan sakera mania, julukan suporter Persekabpas, tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Pasuruan.

Orang tua mempelai putri merupakan Sekjen Sakeramania Kabupaten Pasuruan, Henri Sulfianto.

Rumahnya di Sidoarjo Terbakar, Suami Istri ini Tewas Mengenaskan

Dalam pernikahan anaknya ini, Henri memang sengaja mengambil tema Sakera. Semua serba sakera.

Di Pasuruan, Sakera adalah seorang pahlawan. Zaman dulu, Sakera berperang untuk membela masyarakat Pasuruan.

Keberanian Sakera inilah yang dijadikan semangat Henri untuk mengangkat kembali Sakera dalam pesta pernikahan anaknya.

Sakera adalah orang terpandang di zamannya. Dia berani dan sangat gagah.

Keduanya diarak menggunakan kereta kuda. Layaknya kerajaan zaman dulu, Sakera yang diperankan oleh Henri sendiri , menyapa masyarakat. Arak - arakan pernikahan anaknya ini memang mengundang perhatian.

Bapak dan Anak di Sumenep Carok Lawan Pengendara Mobil Hingga Kritis

Selain menggunakan kereta kuda, ratusan sakeramania juga memadati sepanjang jalan menuju lokasi resepsi.

Tak hanya itu, bendera kebesaran Sakera juga dikibarkan dalam arak - arakan ini. Bahkan, sejumlah petasan warna orange dinyalakan saat rombongan berada di jalan raya menuju lokasi resepsi.

Rombongan ini sempat membuat macet jalan raya. Meski demikian, semuanya teratasi karena ada petugas polisi yang melakukan pengaturan di lokasi.

Selain itu, keluarga mempelai putri juga mengenakan baju khas yang digunakan Sakera. Memakai udeng atau penutup kepala berbahan batik dan bawahan celana kain hitam.

Tak lupa, mereka juga membawa Monteng. Zaman dulu, Sakera selalu membawa monteng, sebagai senjata untuk melawan dan mengalahkan lawannya.

Agar Tak Berkutat Dengan Gawai, 600 Anak di Surabaya Ikut Teman Main Salicyl Fresh

Nah, para keluarga dan yang ikut arak - arakan ini juga membawa monteng. Mereka mengangkat monteng selama arak - arakan. Bahkan , mereka tunjukan ke semua orang yang melihat arak - arakan ini.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved