Pilpres 2019
Tanggapi Hasil Ijtima Ulama Jilid II, Pengamat Politik UINSA: Cenderung Politis dan Berpihak
Hasil Ijtima Ulama Jilid II mendapat tanggapan dari pengamat politik Islam dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Abdul Chalik.
Penulis: Aqwamit Torik | Editor: Ani Susanti
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Aqwamit Torik
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) sukses menggelar Ijtima Ulama bertajuk Ijtima Ulama Jilid II pada Minggu (16/9/2018).
Ijtima Ulama Jilid II menghasilkan suara dukungan pada Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.
Selain itu, Prabowo juga menandatangani pakta integritas dengan beberapa perjanjian yang tertulis.
• Liga 1 2018 - Misi Madura United Potong Jarak Lima Poin dari Persib Bandung di Puncak Klasemen
Hal ini mendapat tanggapan dari pengamat politik Islam dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Abdul Chalik.
Abdul Chalik menjelaskan pengertian Ijtima Ulama secara bahasa adalah kesepakatan ulama.
Namun, dalam hal Ijtima Ulama II, Abdul melihat ulama yang mengikuti acara tersebut tidak masuk dalam kategori ulama secara legitimasi.
"Karena yang disebut dengan ulama adalah mereka yang mendapat pengakuan, sedangkan mereka (GNPF-U) itu ulama nya kelompok kecil," kata Abdul Chalik kepada TribunJatim.com, Selasa (18/9/2018).
• Ijtima Ulama Jilid II Dukung Prabowo-Sandi, PKS Jatim: Kita Husnudzon, Ini Hasil Yang Baik
Ia menambahkan, biasanya dalam Ijtima Ulama itu ada para ulama, ilmuwan, masyayikh dalam lembaga-lembaga ulama, yang dalam hal ini, disebut Abdul adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Dari sisi institusi, ulama dari Ijtima Ulama sudah bukan lagi representasi sebuah kelompok ulama. Itu kelompok-kelompok kecil dari orang per orang," imbuhnya.
• Belum Resmi Bercerai, Nikita Mirzani Tulis Caption Janda Makmur di IG, Postingannya Ramai Komentar
Ciri lainnya, tambah Abdul, Ijtima Ulama biasanya tidak langsung menuju pada person to person, karena dalam konteks ini Ijtima Ulama Jilid II mendukung pasangan Prabowo-Sandi.
Umumnya, kata Abdul, Ijtima ulama hanya menyebut kategori, ciri-ciri dan karakteristik jika untuk saran memilih pemimpin.
"Kalau sudah menyebut person itu kecenderungan sangat politis. Berarti sudah berpihak. Maka, keputusan- keputusan dalam Ijtima Ulama itu sangat subjektif dan berpihak," ungkapnya.
• Jadwal Siaran Langsung RCTI Liga Champions Matchday 1, Mulai Selasa 18 September: Barcelona Vs PSV
Lebih lanjut, Abdul menambahkan, dalam konteks lain Ijtima Ulama bisa digunakan untuk segala macam persoalan, dalam hal ini persoalan negara juga masuk di dalamnya.
Namun, Abduk menyebutkan jika sudah menyangkut person to person, ini sudah bukan ranah Ijtima Ulama.
"Ulama itu kan mengayomi, melindungi, tidak berpihak kepada kelompok manapun. Lebih cenderungnya kepada hal-hal yang lebih universal bukan personalisasi," pungkas Wakil Dekan Fisip Uinsa tersebut.