Rumah Politik Jatim
Pengamat : Pemilih Nahdliyyin Akan Terbelah Usai Gus Irfan Jadi Jurkamnas Prabowo-Sandi
Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Novri Susan menilai keputusan tim pasangan Capres-cawapres nomor urut dua, Prabowo-Sandi
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengamat Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Novri Susan menilai keputusan tim pasangan Capres-cawapres nomor urut dua, Prabowo-Sandi untuk menunjuk Pengasuh Pondok Pesantren Al-Farros, Jombang, KH Irfan Yusuf (Gus Irfan) sebagai juru bicara kampanye nasional merupakan langkah yang tepat.
Menurut Novri salah satu bagian strategis kelompok konstituen yang belum terbingkai dalam kubu Prabowo Sandi adalah suara kalangan Nadhliyin.
"Sebaliknya, kasus terakhir terkait pembakaran bendera HTI oleh Banser di Jabar makin menjauhkan pasangan No. 2 ini dari kalangan Nadhiliyin," kata Novri kepada TribunJatim.com, Jumat (2/11/2018).
• Bikin Celaka, Perlintasan KA di Baerno Bojonegoro Ditutup Permanen
Hal tersebut bisa terjadi karena menurut Novri, pasangan No. 2 dipersepsi masyarakat mendukung dan didukung kalangan Islam garis keras.
"Jika persepsi ini dibiarkan, akan memberi konsekuensi terhadap melemahnya dukungan kalangan Nahdliyin," ucapnya kepada TribunJatim.com .
Di sisi lain, kesediaan Gus Irfan yang merupakan cucu dari pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari, menjadi bagian tim Prabowo Sandi menurut Novri tidak mengejutkan.
"Sebab kalangan nadhliyin (NU) secara formal menyatakannya posisi netralnya. Sehingga siapapun ulama di dalamnya memiliki kebebasan menjadi bagian politik yang mana," kata Novri.
• Neraca Selalu Defisit, Pengusaha Jatim Siap Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan dengan Rusia
Dengan masuknya Gus Irfan menurut Novri, tim Prabowo-Sandi berharap bisa mereduksi pandangan bahwa kandidat No. 2 anti NU atau lebih dekat ke kalangan Islam garis keras.
"Keterbelahan kalangan NU sudah pasti akan terjadi namun mana yang lebih banyak meraup dukungan akan ditentukan oleh kemampuan mengelola isu-isu aktual terkait keagamaan dan sosial ekonomi," ucapnya.
Selain itu strategi branding politik dari masing-masing pasangan juga akan sangat menentukan Nahdliyyin dalam menjatuhkan pilihan.