Komentari Wacana Sistem Ganjil Genap, Vinsensius Awey: Didahului Penyediaan Transportasi Massal
Vinsensius Awey menilai sistem itu diberlakukan sekarang akan sangat tidak relevan, lantaran belum disediakan opsi layanan transportasi massal.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Ayu Mufihdah KS
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wacana penerapan pembatasan kendaraan pribadi dengan menggunakan sistem ganjil genap di Surabaya turut ditanggapi oleh anggota DPRD Kota Surabaya, Vinsensius Awey.
Politisi Partai Nasdem ini menganggap, sistem itu diberlakukan sekarang akan sangat tidak relevan, lantaran masyarakat belum disediakan opsi layanan transportasi massal.
"Bagaimana menerapkan sistem genap ganjil jika keberadaan transportasi massal belum disediakan oleh negara," kata Vinsensius Awey, Selasa (4/12/2018).
Menurutnya, transportasi massal yang baik menjadi penting disediakan sebelum ada penerapan sistem ganjil genap di suatu wilayah.
• Pemkot Blitar Enggan Disebut Kecolongan Soal Penggerebekan Penari Striptis di Karaoke Maxi Brillian
Jika transportasi massal itu sudah tersedia, maka warga masyarakat perkotaaan bisa memiliki pilihan lain saat meninggalkan kendaraan pribadi mereka.
Lebih lanjut, sistem ganjil genap, merupakan media pengaturan lalu lintas atau traffict demand management, yang jenisnya selain pemberlakuan sistem ganjil genap, juga bisa berupa kawasan berbayar dan beberapa opsi lain.
"Kalau sistem genap ganjil diberlakukan sebelum solusi transportasi perkotaan dihadirkan, itu sama saja melarang warga perkotaan untuk menggunakan kendaraan pribadi akan tetapi tidak memberikan solusi transportasi perkotaaan yang memadai bagi masyarakat," katanya.
• Jauh dari Kesan Kumuh, Los Pasar Tradisional Banyuwangi Kini Nyaman Jadi Tempat Kongkow
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Jatim, Fattah Jasin menyatakan, di daerahnya belum akan menerapkan sistem tersebut.
"Arahan Kementerian Perhubungan adalah meminta daerah mengantisipasi kemacetan. Ada suratnya. Makanya kami menggelar diskusi. Bukan Dishub Jatim akan menerapkan ganjil genap," kata Fattah Jasin.
Saat ini, ada sepuluh kota di Indonesia yang masuk rangking termacet.
• Tuntut Permintaan Maaf Prabowo Subianto, APMI Gelar Aksi Solidaritas di Depan Grahadi Surabaya
Selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), juga lima kota lain, yakni Surabaya, Medan, Makassar, Malang, dan Bandung.
Untuk itu, Kemenhub minta ada langkah antisipatif, satu di antaranya yakni sistem ganjil genap.
Tidak hanya mengalihkan pemilik mobil pribadi beralih ke kendaraan umum, sistem ganjil genap dianggap dapat mengurangi gas buang.
• Persiapan Hadapi PSIS Semarang di Kandang, Persebaya Surabaya Gelar Latihan Tertutup