Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tarian Perang Caci Tampil di Manggarai Festival II Surabaya, Ribuan Penonton Pun Tertarik Mencoba

Tarian Perang Caci Tampil di Manggarai Festival II Surabaya, Ribuan Penonton Pun Tertarik Mencoba.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/LUHUR PAMBUDI
Kedua petarung Seni Caci saling serang. Satunya bawa Tameng, lainnya bawa Larik (alias pecut) . 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tarian Perang Caci khas adat Manggarai,  Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi acara puncak dari Manggarai Festival II di Lapangan Bogowonto Jalan Kutai, Minggu (6/1/2019).

Sebelumnya, Tarian Sae dan Dundung Take, sebuah tarian khas Flores yang dimainkan oleh pria dan wanita, menjadi acara awal mengiringi upacara pembukaan.

Namun, penonton sepertinya belum berhasil dibuat terpikat, tampak beberapa penonton masih asyik duduk di tribun sisi selatan lapangan, sembari menghindar dari sengat matahari siang.

Tak lama kemudian, kesemarakan para penonton yang notabene adalah warga perantau dari Manggarai, Flores, NTT, mendadak berubah makin menggeliat, saat kesenian Tarian Perang Caci dimulai.

Detik-detik Penemuan Ular Raksasa 23 Meter di Manggarai, Warga: Kami Melangkah Sambil Menginjaknya

Meski sengatan matahari senja sama panasnya seperti sengatan matahari siang.

Ribuan penonton berduyun-duyun mendekat dan mengitari area pertarungan Caci yang sengaja dibuat persegi oleh pihak panitia menggunakan pembatas tali rafia seluas 100 meter persegi.

Suara ribuan penonton begitu riuh rendah saling bersahutan, saat melihat kedua petarung satu persatu memasuki area laga dan berkerumun di kedua sisi lapangan sembari menunggu gilirannya untuk bertarung mengayunkan Larik dan mengangkat Tameng.

Hadiri Manggarai NTT Fest, Kapolrestabes Kombes Pol Rudi Ingatkan untuk Hidup Damai di Surabaya

Saat petarung pertama mulai berlaga, riuh rendah suara penonton berubah menjadi teriakan dan sorakan, begitulah seterusnya hingga giliran petarung selanjutnya berlaga.

Area pertarungan yang semula seluas 100 meter persegi berangsur-angsur menciut, karena penonton yang penasaran mengikuti keseruan pertarungan, makin bergemuruh dan mendekat ke tengah area pertarungan.

Hal itu cukup membahayakan, hingga para pemandu pertarungan atau wasit, berkali-kali bersorak meminta para penonton menjauh dari area petarungan.

"Para penonton yang bukan petarung mundur 1 meter, ini lapangan kok menyempit, ayo mundur cepat, bahaya," teriak seorang pria berkemeja putih lengan panjang, berpeci motif batik warna merah dan mengenakan sarung warna hitam. 

Seakan tak ingin ketinggalan keseruan pertarungan antar kedua kubu yang saling Sabet dan Tangkis, imbauan itu tak ubahnya sebatas imbauan belaka yang berlalu begitu saja.

Para penonton justru makin mendekat ke tengah, makin mempersempit area pertarungan.

Sorakan dan keriuhan makin nyaring terdengar, seakan berlomba melawan dentuman tabuhan Musik Gong & Gendang yang dimainkan mengiringi langkah ritmik para petarung di tengah medan laga.

Perlu diketahui, para petarung Caci di bagi menjadi dua kubu.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved