Mahfud MD Sebut Politik Identitas Picu Perpecahan: Kita Berbangsa & Bernegara Ini Harganya Mahal
Mahfud MD menganggap politik identitas sudah muncul, dan akan membenturkan antar golongan yang ada di Indonesia
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Januar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gerakan Suluh Kebangsaan, menyelenggarakan sarasehan kebangsaan di Hotel Mercure Grand Mirama, Jalan Darmo, Surabaya, Rabu (16/1/2019).
Hadir dalam acara ini mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD; istri presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah Wahid; Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA), Surabaya Abd A'la dan pembicara yang lain.
Dalam sambutannya, Mahfud MD mengatakan, sarasehan kebangsaan tersebut dibentuk agar para pesertanya bisa menjadi penerang di kelompok nya masing-masing.
"Kita undang tokoh masyarakat, dosen pejabat, seniman dan harapannya menyuarakan hal yang sama untuk persatuan dan kesatuan bangsa," kata Mahfud.
• Prihatin pada Kondisi Negara Jelang Pemilu, Mahfud MD Gagas Gerakan Suluh Kebangsaan
Mahfud mengatakan Gerak Suluh Kebangsaan sendiri lahir karena keprihatinan banyak orang seperti Frans Magnis Suseno, Buya Syafii Maarif, Mustofa Bisri dan tokoh yang lain melihat kondisi negara menjelang Pemilu 2019.
Menurut Mahfud, saat ini politik identitas menjadi ancaman karena memicu perpecahan dan permusuhan yang didasari perbedaan pilihan.
"Politik identitas ini kan politik yang digerakkan atas primordial-primordial yang dimiliki oleh satu kelompok, misalnya saja agama ada Kristen ada Islam dan Islam pun itu ada Islam garis keras ada Islam kebangsaan dan yang lain," lanjut Mahfud.
Politik identitas tersebut saat ini menurut Mahfud sudah muncul di permukaan untuk membenturkan agama, ras, kedaerahan, dan suku.
Padahal menurut Mahfud masalah tersebut sudah pernah dibahas dan selesai pada jaman kemerdekaan dulu.
"Kita berbangsa dan bernegara ini harganya mahal, kita peroleh bukan warisan dan hadiah dari siapapun tapi karena mengusir penjajah dan itu bisa karena kita bersatu tidak ada mayoritas dan minoritas, bermacam agam dan suku tapi hanya satu Indonesia, tidak ada yang berpikir saya islam dan kristen," ucapnya.
Untuk itu, Mahfud mengingatkan bahwa Indonesia mempunyai Geopolitik yang menjadi salah satu dasar persatuan Indonesia ditengah tahun politik yang sangat dinamis ini.
"Jadi itu merupakan satu sistem dan aturan yang disepakati oleh satu kelompok masyarakat yang mempunyai ikatan primordial berbeda tapi dipersatukan oleh tujuan yang sama," ucapnya.