Wabup Trenggalek Hilang Beberapa Hari, SCG Nilai Terkait Dengan Intervensi Penunjukan Wabup Baru
Wabup Trenggalek Hilang Beberapa Hari, SCG Nilai Terkait Dengan Intervensi Penunjukan Wabup Baru.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Lembaga Riset Politik Surabaya Consulting Group (SCG) ikut menyoroti perihal menghilangnya Wabup Trenggalek, Muhammad Nur Arifin (Ipin) selama lebih kurang sembilan hari terakhir.
Menurut Direktur Komunikasi Politik SCG, Aprizaldi, publik berhak tahu perkara sesungguhnya di balik polemik yang dipublikasikan di media massa yang melibatkan Ipin dengan Bupati Trenggalek, Emil Dardak yang memuncak dalam dua hari terakhir ini.
• Wabup Trenggalek Dikabarkan Hilang, PDIP Sebut Ada Kelompok yang Incar Posisi yang Akan Ditinggalkan
Salah satu faktornya, menurut Aprizaldi, adalah adanya tekanan-tekanan politik terkait penunjukan Wabup baru, setelah Arifin naik jabatan menjadi bupati seiring dilantiknya Emil Dardak sebagai Wagub Jatim.
”Ada rumor politik bahwa Ipin ditekan pihak tertentu untuk menerima sosok wabup baru. Kabarnya sosok itu adalah kepala dinas. Padahal, sebagai bupati nanti, Mas Ipin perlu orang sehati untuk membangun Trenggalek. Sehingga perlu berbicara dari hati ke hati. Bukan hasil tekanan dan titipan," kata Aprizaldi, Selasa (22/1/2019).
• PDIP Sebut Ipin Menepi setelah Dapat Tekanan Politik Terkait Wabup Trenggalek Baru
Aprizaldi melanjutkan, narasi tersebut perlu diketahui publik karena selama ini yang nampak adalah soal menyudutkan Ipin yang tidak muncul ke publik beberapa hari ini.
"Sepertinya itu plot yang ingin dibangun Mas Emil karena beliau sendiri yang memulai narasinya dengan berbicara di media,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti sikap Arifin yang lebih cenderung diam menyikapi polemik tersebut jika dibandingkan Emil.
Diamnya Arifin menurut Aprizaldi bisa dimaknai dalam dua tafsir politik.
Pertama, sebagai bentuk kesantunan berpolitik karena Arifin memang bawahan Emil.
“Mas Ipin dikenal sebagai santri, aktif di Ansor Jatim. Tradisi santri selalu taat kepada seniornya. Sikap diamnya bisa dimaknai bahwa dia menghormati Mas Emil sebagai senior dan atasan, sehingga tak mau berpolemik terbuka,” ujarnya.
Tafsir kedua, sambung Aprizaldi, adalah ada unsur politik di balik sikap diam dan menepinya Arifin dari hiruk-pikuk polemik tersebut.
”Kalau melihat rekam jejak Mas Ipin, dia bukan orang yang lari dari tugas. Hampir tiap hari dia bikin program Lapor Rakyat untuk mengabarkan kerjanya.
Publik juga mengenal dia sebagai sosok muda tangguh yang memulai perjuangan politiknya dari bawah, dari nol, tanpa membawa orang tua atau patron tertentu. Jadi menarik untuk tahu ada apa di balik sikap Mas Ipin,” jelas Aprizaldi.
Salah satu unsur politik yang dimaksud adalah adanya tekananan terkait penunjukkan Wabup yang akan mendampingi Ipin tersebut.
"Mas Ipin rupanya memilih menepi karena dia tak mau berpolemik terbuka, apalagi dengan pihak yang dianggap senior," ucapnya.
Namun, cerita di balik panggung ini menurut Aprizaldi sampai saat ini belum jelas dan masih samar-samar.
Padahal, menurutnya, justru yang di panggung belakanglah yang menarik untuk diungkap.
"Terutama untuk melacak ada manuver dan problem politik apa di antara dua pemimpin itu,” pungkasnya.