Pasca Unjuk Rasa di Dewan, Empat Jukir PT Bumi Jatimongal Permai di Madiun Mengaku Dapat Ancaman
Sejumlah juru parkir (jukir) di Kota Madiun yang bekerja untuk PT Bumi Jatimongal Permai mengaku mendapat ancaman dari sejumlah oknum.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Sejumlah juru parkir (jukir) di Kota Madiun yang bekerja untuk PT Bumi Jatimongal Permai mengaku mendapat ancaman dari sejumlah oknum.
Mereka mengaku dipaksa melepas rompi parkir, dan menyerahkan surat tugas mereka sebagai juru parkir yang dipekerjakan PT Bumi Jatimongal Permai.
Hal itu seperti yang disampaikan, Ari Hartanto (64), jukir yang biasa bekerja di Jalan Diponegoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
• Daop 7 Madiun Menjadi Tuan Rumah Kegiatan Jelajah Kebangsaan
Rekannnya, sesama jukir di Jalan Diponegoro, bernama Supadi (65) didatangi dua oknum pada Rabu (13/2/2019) siang.
"Dua hari yang lalu, rekan saya (Supadi) didatangi dua orang. Mereka meminta rompi dan surat tugas. Kata mereka, besok nggak usah pakai rompi," kata Hartanto saat ditemui di lokasi, Jumat (15/2/2019).
Kemudian, kata Hartanto, sore harinya pada hari yang sama, dua oknum tersebut mendatangi temannya untuk minta uang.
• Merasa Terbebani dengan Target Setoran Baru, Juru Parkir di Kota Madiun Gelar Unjuk Rasa
"Sore datang lagi, mereka bilang besok jangan pakai rompi lagi, sama minta uang. Akhirnya diberi Rp 5.000, kemudian mereka pergi," kata ayah lima anak ini.
Ia menuturkan, pada saat kejadian, ia sedang tidak berada di lokasi.
Namun, temanya menceritakan semua kejadian yang dialami kepadanya.
Pasca kejadian tersebut, temannya langsung jatuh sakit.
"Waktu itu saya sedang tidak di lokasi. Ketika saya datang, mereka sudah tidak ada," kata pria yang sudah tiga tahun bekerja sebagai jukir ini.
• Tak Penuhi Setoran, Tujuh Jukir di Kota Madiun Mengaku Dipecat Pengelola Parkir
Sehari kemudian, Kamis (14/2/2019), oknum tersebut kembali mendatanginya.
Kali ini, mereka, meminta fotocopy KTP, dengan alasan sebagai bukti keanggotaan paguyuban jukir yang akan dibentuk.
"Kemarin mereka datang minta fotocopy KTP. Katanya mereka mau mendirikan paguyuban," katanya.
Ia mengatakan, setelah kejadian tersebut ia merasa cemas dengan keselamatannya dan merasa tidak nyaman bekerja.