Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tim Tari dan Ludruk Kampung Ketandan Lor Surabaya Berharap Bisa Ikut Lomba Nasional

Sejak Balai Budaya Cak Markeso dibuka pada awal 2017, kegiatan seni Kampung Ketandan Lor Surabaya mulai digiatkan.

Penulis: Delya Octovie | Editor: Dwi Prastika
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
Tim tari dan ludruk Kampung Ketandan Lor Surabaya. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sejak Balai Budaya Cak Markeso dibuka pada awal 2017, kegiatan seni Kampung Ketandan Lor Surabaya mulai digiatkan.

Dewantari Putri Abadi (20), anggota karang taruna mengatakan, kegiatan yang paling sering dilakukan adalah menari, menggambar, dan ludruk.

Kegiatan-kegiatan ini dilakukan rutin tiap Sabtu atau Minggu.

Pemkot Surabaya akan Ganti Semua Toilet Jongkok di Sekolah Jadi Model Duduk

Talkshow From Surabaya to Google, Hadirkan Perempuan Surabaya Yang Jadi Interaction Designer Google

"Kalau tari itu biasanya anak-anak SD sampai SMP, sedangkan menggambar mulai dari anak-anak TK. Ludruk yang main karang taruna, jadi rata-rata SMA," ujarnya, Rabu (27/2/2019).

Mengajak anak-anak muda berkreasi di bidang seni tradisional memiliki kesulitan dan kemudahannya sendiri menurut mahasiswa yang akrab disapa Tari ini.

Apalagi, mereka tinggal di kampung yang cukup luas, sehingga penyampaian informasi kurang maksimal.

"Susahnya kadang dari informasi, jadi kalau di kampung itu kan harus door-to-door, dari kartar tidak bisa satu-satu jadi tidak maksimal. Mudahnya, sekali diajak pasti mau karena gratis, apalagi tari tradisional ada mata pelajarannya di sekolah, dan menggambar ada fasilitasnya," jelasnya.

Petugas Satpol PP Surabaya Jadi Korban Pembacokan, Tri Rismaharini Beri Pembelaan, Lihat Aksinya

Asisten Pelatih Persebaya Sebut Piala Presiden Jadi Ajang Pembuktian Kualitas Damian Lizio

Namun, perjalanan tim tari serta ludruk Ketandan Lor bukan tanpa lika-liku.

Permasalahan awal, kata Tari, adalah banyak warga yang ikut latihan tetapi tidak konsisten.

Pola ini mulai berkurang sejak kampung kerap menggelar pentas perayaan Hari Kemerdekaan, serta menyambut tamu yang tak jarang berasal dari luar negeri.

"Akhirnya banyak orang kampung yang melihat, sehingga banyak yang konsisten. Guru juga bilang kalau tiap Minggu ikut dan bisa hafal satu tarian, itu bisa dipentaskan," terangnya.

300 Peserta Submition, Dua Sekolah Surabaya Jadi Finalis Ajang Kreatifitas Pucuk Cool Jam 2019

Kendala kedua menurut Tari adalah uang.

Selama ini, biaya tampil di atas panggung rupanya ditanggung oleh warga sendiri, mulai dari sewa pakaian, makeup, aksesori, dan lain-lain.

Karenanya, Tari berharap mereka bisa tampil tak hanya di kota, tetapi juga tingkat nasional.

"Supaya pendapatan juga ada dengan ikut lomba-lomba nasional. Kemudian, kalau bisa guru yang disediakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata minimal dua orang supaya tidak kewalahan," harapnya.

Hasil Arsenal Vs Bournemouth, Mesut Oezil Cetak Gol, The Gunners Bungkam The Cherries 5-1

Jadwal Lengkap Piala Presiden 2019, Diikuti 20 Tim Peserta yang Terbagi dalam 5 Grup

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved