Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Penderita HIV/AIDS di Kota Batu Meningkat, Satu Orang Meninggal Dunia di Tahun 2019

Penderita HIV/AIDS di Kota Batu meningkat sejak setahun terakhir. Pemerintah Kota Batu angkat topi untuk para penderita yang konsultasikan kondisinya.

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Anugrah Fitra Nurani
SURYA/SANY EKA PUTRI
kabid pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P) dr.Yuni Astuti menunjukkan brosur cara menangani penyakit HIV/AIDS. 

TRIBUNJATIM.COM, BATU - Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Batu meningkat sejak setahun terakhir.

Meski meningkat, pemerintah Kota Batu angkat topi untuk para penderita yang konsultasikan kondisinya.

Pemerintah Kota Batu pun bisa melakukan deteksi sibanding sebelumnya karena penderita yang lebih menutup diri.

Tahun 2016 jumlah penderita ada 16 kasus, tahun 2017 ada 18 kasus, dan tahun 2018 ada 42 kasus. Di tahun 2018 dari 42 kasus satu orang meninggal dunia.

(Tekan Penyebaran HIV, Dinkes Kota Malang Lakukan Pemeriksaan di Tempat Karaoke Twenty KTV & BAR)

(Chord & Kunci Gitar Jatuh, Bangkit Kembali! dari HIVI!, Mari Bersemangat dalam Hidup)

Kepala Bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P), dr.Yuni Astuti mengatakan Pemkot Batu bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kota Batu untuk bisa mendekatkan diri kepada penderita tersebut.

"Mereka ini cenderung menutup diri, sehingga bila setiap tahunnya jumlah penderita meningkat itu hal baik. Kami bisa mendeteksi penderita," kata Yuni, Selasa (26/3).

Ada screening untuk ibu hamil, penyuluhan di SMP dan SMA, serta tempat-tempat yang sering dijadikan lokasi untuk berkumpulnya pelaku seks.

Bahkan hotel dan tempat panti pijat juga menjadi sasaran untuk dilakukan sosialisasi.

Sejauh ini pemeriksaan yang bisa melayani penderita HIV/AIDS hanya di rumah sakit milik provinsi.

"Penderita ini mereka mobile, ketika mereka periksa di rumah sakit A misalnya, ada yang melihat mungkin tetangga atau temannya. Mereka takut ketahuan, akhirnya pindah. Nah di sini kami kesulitan," imbuhnya.

(Wujudkan Ide Anak, Petani dari Lamongan Jadi Pengusaha Helm Retro, Buat Helm Anak Tayo Hingga Shiva)

(Dinas Kesehatan Targetkan Jumlah Penderita HIV di Kota Malang Menurun di Tahun 2019)

Setidaknya setiap puskesmas bisa melayani pemberian Antiretroviral (ARV) untuk penderita.

ARV ini adalah sejenis obat yang diberikan kepada penderita.

"Kalau sekadar konseling, rehabilitasi, pemeriksaan bisa dilakukan di puskesmas. Ke depannya, tahun depan satu puskesmas bisa melayani total penderita ini," paparnya.

Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso menambahkan anggaran untuk HIV/AIDS ini sekitar Rp 693 juta ditahun 2019.

Anggaran itu digunakan dalam bentuk kegiatan, seperti pendampingan terhadap penderita, sosialisasi. Baik yang diadakan oleh rumah sakit, LSM, Pemkot Batu, puskesmas.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved