Kisah Pria Surabaya Bawa Nomor Sahabat di Banyuwangi Ijen Green Run, Daftar Bareng Tapi Keburu Wafat
Kisah Pria Surabaya Bawa Nomor Dada Sahabat di Banyuwangi Ijen Green Run, Daftar Bareng Tapi Keburu Wafat
Penulis: Haorrahman | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI - Twanto Nyoto Atmojo menarik perhatian saat perhelatan Banyuwangi Ijen Green Run.
Pria asal Surabaya ini membawa dua nomor dada saat berlari. Ternyata, satu nomor dada adalah milik sahabatnya yang telah meninggal satu bulan sebelum perhelatan Banyuwangi Ijen Green Run.
Saat tiba di garis finish kategori 9 KM Banyuwangi Ijen Green Run 2019, di Taman Gandrung Terakota Banyuwangi, Minggu (21/7/2019), Nyoto menunjukkan dua nomor dada 8012 dan 8014.
• Wakil Dubes Australia Apresiasi Pelayanan Publik di Banyuwangi
• Kementan Kenalkan Teknologi Bujangseta, Produksi Jeruk di Malang dan Banyuwangi Naik 2 Kali Lipat
• Cari Suasana Baru, Menko Perekonomian Gelar Rapat di Pinggir Pantai Solong Banyuwangi
Dia memakai nomor 8012, sedangkan 8014 ternyata nomor dada yang seharusnya dipakai sahabatnya, Subianto Limbono.
"Ini nomor dada teman saya, mendiang Subianto Limbono. Seharusya kami berlari bersama di event ini. Kami sama-sama sudah mendaftar Ijen Green Run, namun takdir berkata lain. Subianto dipanggil satu bulan yang lalu oleh Yang Maha Kuasa," ungkap Nyoto
Sejak pertama kali dibuka pendaftaran Banyuwangi Ijen Green Run pada dua bulan lalu, kedua sahabat karib tersebut langsung mendaftar. Nyoto mendapat nomor 8102. Sedangkan Subianto mendapatkan nomor 8104.
Meski hanya membawa nomor dada, bagi Nyoto, Subianto tetap berlari di sampingnya.
Keduanya bersama anggota komunitas lari Viva Run Surabaya telah mempersiapkan diri untuk ikut event yang memasuki tahun keempat ini. Satu bulan sebelum penyelenggaraan, keduanya melakukan perjalanan bisnis ke Melbourne, Australia.
"Saat akan pulang dari Melbourne itulah, ia mengalami serangan jantung, dan wafat di sana," kenang Nyoto sembari memegang erat nomor dada kawannya tersebut.
Nyoto sengaja membawa nomor dada teman karibnya tersebut sebagai penghormatan terakhir pada sahabat kecilnya itu. Ia dengan Subianto telah berteman sejak duduk di bangku SMP.
"Kami terus berkawan. Beberapa tahun terakhir, bahkan kami memiliki hobi yang sama, yakni lari. Akhirnya, kami tergabung dalam komunitas lari VIVA RUN, dan menjajal banyak event," cerita Nyoto.
Meski sahabatnya sudah tiada, Nyoto bersama komunitas larinya tetap datang dan mengikuti kompetisi lari yang dihelat pemkab Banyuwangi ini. Bagi dia, ini adalah satu cara untuk mengenang persahabatan mereka yang telah terjalin puluhan tahun.