Kasihan, Nasib Perajin Wig dan Sanggul Tradisional di Pasuruan Diujung Tanduk, Penyebabnya Ini
Usia Pujo Sakti (67) memang tidak lagi muda. Namun, semangat berjualan pria asal Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan ini masih me
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, PASURUAN - Usia Pujo Sakti (67) memang tidak lagi muda. Namun, semangat berjualan pria asal Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini masih membara. Ia tak putus asah meski usahanya kini memasuki masa senja.
Ia merupakan salah satu perajin wig dan sanggul yang masih bertahan hingga sekarang. Pujo, begitu ia dikenal, tak ingin berspekulasi membanting setir dan mencari usaha lainnya.
TribunJatim.com sempat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu. Kala itu, Pujo sedang menata puluhan sanggul dan wig yang ada di rumahnya.
Wig dan sanggul itu sudah dibuatnya beberapa bulan lalu, namun hingga saat ini, tidak ada satupun wig dan sanggul yang terjual di pasaran.
“Sekarang bisnis di wig dan sanggul sudah agak susah, dan tidak bisa diandalkan,” keluh Pujo, kepada TribunJatim.com.
Baca: Anggota DPRD Pasuruan yang Dijemput Densus 88 Ternyata Lakukan Pelanggaran Ini
Pujo sering menyebut usaha wig dan sanggul saat ini ibarat jual kambing dan sapi di musim Hari Raya Idul Adha.
Tidak menjelang hari raya kurban, penjual kambing dan sapi pasti sepi pembeli. Sama dengan berjualan wig dan sanggul, ramai di saat – saat tertentu atau tepatnya di musim nikah.
“Ada beberapa faktor yang membuat bisnis ini sepi. Mungkin saja banyak orang yang menganggap sudah tidak modern, bisa juga dari faktor harga, dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Pujo mengatakan, harga wig dan sanggul buatannya ini memang sedikit mahal. Sebab, ia memilih bahan utamanya yakni rambut yang berkualitas. Ia memilih bahan dari rambut asli daripada rambut berbahan sintetis. Ia beralasan, karena ingin membuat kesan bahwa itu rambut asli.
“Saya kalah dengan perusahaan yang membuat wig dan sanggul berbahan dasar rambut sintetis. Harganya lebih murah dan modelnya bisa bervariasi, tanpa ribet,” katanya.
Lebih lanjut, Pujo mengungkapkan, bahan rambut asli ini sangat mahal. Harga rambut asli per kilogram dengan panjang 60 sentimeter ini mencapai Rp 6 juta rupiah. Kata dia, harga itu belum modal untuk kebutuhan lainnya. Maka dari itu, ia mengakui tidak bisa menjual barangnya dengan harga murah.
“Harga wig dan sanggul di saya ini bervariasi, ada yang puluhan ribu, ada ratusan ribu, sampai jutaan. Tergantung modelnya,” ungkapnya.
Ia mengaku masa kesuksesan omzet sanggul dan wig pada tahun 2003 lalu. Kala itu, persaingan bisnis wig dan sanggul masih belum banyak, dan belum ada pabrik produksi sanggul dan wig yang menjadi pesaing.
“Saya bisa menjual sanggul sehari 100 sampai 300 sanggul dan wig. Dan itu bertahan sampai bertahun – tahun. Mulai sepi pesanan itu tahun 2010 sampai kesini ini,” tambahnya.