Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ciptakan Sensasi Aroma Berbeda, Kopi ini Disaring Pakai Tenun Gedog Istimewa

Kopi seduh manual adalah cara penyajian kontemporer penikmat kopi sejak satu dekade terakhir.

Penulis: Sudarma Adi | Editor: Mujib Anwar
SURYA/HABIBUR ROHMAN
sjian cara menyaring kopi dengan kain tenun "Gedog"di C2O Library & Collabtive surabaya, Sabtu (5/8/2017) Malam. Menikmati sajian kopi dengan cara ini diharapkan mampu menambah wacana bagi penikmat kopi sekaligus mengakrabkan tenun gedog yang asli Jawa Timur. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Beberapa pengunjung di ruang belakang C20 Library & Collabtive  terlihat serius mengamati racikan kopi Aditya Fernando.

Pria ceking ini memasukkan beberapa biji kopi sangrai ke dalam gelas aluminium. Menimbang berat di atas timbangan digital, pria yang akrab disapa Fu ini memasukkan biji kopi ini ke dalam grinder hingga jadi serbuk kopi.

Dengan cekatan, Fu memindah serbuk kopi jenis Argopuro ini ke dalam flat bottom yang dilapisi potongan tenun kain gedog.

Saat air panas dituang pada serbuk kopi, aroma kuat pun tercium menusuk hidung. Aroma kuat yang berbeda dari kopi tubruk atau seduh lain.

Tetesan kopi dari filtrasi kain gedog yang dinikmati pengunjung menjadi pelengkap citarasa kopi seduh dengan filtrasi kain ini.

Kopi seduh manual adalah cara penyajian kontemporer penikmat kopi sejak satu dekade terakhir. 

(Hanya Modal Rp 10 Ribu, Kapal Dewa Ruci Buatan Andi Laku Rp 5 Juta dan Mampu Pikat Presiden Jokowi)

Berbagai teknik penyajian kopi, mulai kopi tubruk, kopitiam hingga kopi seduh, adalah cara mendapatkan sensasi rasa dan aroma kopi yang berbeda.

Demi mendapatkan sensasi kopi, maka teknik kopi seduh pun berkembang. Filtrasi kopi yang berbeda, baik dengan kain dan kertas, menjadikan aroma dan rasa yang berbeda pula.

Ini yang menjadikan beberapa penikmat, pegiat kopi dan peneliti, seperti Aditya Fernando, Yogi Ishabib dan Michael Fitzgerald Halim berdiskusi untuk mengeksplorasi citarasa kopi dari filtrasi berbeda, sekaligus mengenalkan budaya lokal Indonesia.

“Sebenarnya beberapa bulan lalu kami berdiskusi tentang kain tenun gedog. Kain dari Tuban ini memang sudah langka dan termasuk eksklusif. Filtrasi dengan kain gedog ini kemungkinan besar adalah yang pertama,” tutur Aditya Fernando, pegiat kopi seduh manual sekaligus penyangrai dari Banjarmasin, di sela acara Mustika Rasa di C20 Library & Collabtive, Sabtu (5/8/2017).

(Modal Bonek, Zhou Qunfei Akhirnya Jadi Perempuan Terkaya Sedunia, Begini Lika-liku Perjuangannya)

Fu berujar, diskusi ini ditindaklanjuti dengan coba bereksperimen kopi seduh manual memakai filtrasi tenun gedog.

Dia harus mencari dan memperlakukan kain tenun gedog dengan benar, agar nantinya didapatkan citarasa dan aroma kopi seduh yang berbeda. Dengan mencuci potongan kain lebih dulu, maka kotoran dan lilin akan sirna dan siap dibuat filter serbuk kopi.

“Memang ada perbedaan rasa dan aroma dengan jenis fitrasi berbeda, kain atau kertas. Begitu pula jenis kain berbeda, sangat memengaruhi aroma kopinya,” terangnya.

Adapun kopi seduh dengan filtrasi kain gedog, dia menilai punya aroma yang berbeda dengan kopi seduh lain. Dia menilai, aroma kopi dengan kain gedog lebih tajam.

Seperti pada kopi jenis Argopuro, sensasi aroma herbal dan rempah lebih terasa dengan kain ini.

(Kalahkan Dortmund Lewat Adu Penalti, Bayern Muenchen Juara Piala Super Jerman)

Alasan perbedaan aroma ini, adalah karena jenis kain yang digunakan. Selama ini, kopi seduh manual menggunakan filtrasi kain pabrik, dimana selain aroma logam besi masih terasa, citarasa hasil seduhan kopi juga kalah jauh.

“Yang membuat kopi ini berbeda aroma dan citara, adalah karena kain ini buatan tangan. Makanya, lebih banyak komponen organik yang terjaga, seperti aroma kayu,” ujarnya.

Kemungkinan besar, kopi seduh manual berfiltrasi kain gedog ini menjadi sensasi baru bagi penikmat kopi. Kekhasan aroma dan cara penyajian berbeda, jadi pilihan untuk menyeruput kopi seduh.

Sedangkan penggagas kopi berfiltrasi kain gedog sekaligus peneliti Koperasi Riset Purusha Jakarta, Yogi Ishabib menambahkan, sejak Ramadhan kemarin dia meneliti kain yang bisa dikembangkan untuk usaha, sekaligus jadi pilihan untuk filtrasi kopi seduh manual.

(Bangkalan Heboh, Cewek Bejilbab Pamer BH di Jembatan Suramadu Viral di Sosmed)

Penelitian itu lalu merujuk pada tenun gedog dari Tuban, yang ternyata hampir punah karena pembuatannya butuh waktu lama dan dilakukan manual.

“Selama ini masyarakat di Jatim lebih mengenal tenun songket, lurik dan ulos. Padahal, di Jatim juga memiliki tenun yang tak kalah berkualitas, yakni tenun gedog,” ujarnya.

Tak hanya memperkenalkan budaya lokal berupa tenun gedog, komponen kain ini juga layak dikembangkan untuk filtrasi kopi seduh.

Percobaan ini rupanya cukup berhasil, karena serat kain gedog ini bisa menghasilkan aroma kopi yang berbeda.

Serat kain gedog biasanya dipakai untuk bahan baku batik. Nah, batik Gedog yang khas dan sudah sangat terkenal berasal dari Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

(Inilah Kronologis OTT Bupati Achmad Syafii dan Kajari Pamekasan Oleh KPK)

Dia menilai serat atau sisir pada kain itu punya ukuran yang berbeda-beda, sehingga memengaruhi rasa dan aroma.

“Adanya sisir ini yang membuatnya cocok dipakai filtrasi kopi seduh,” katanya.

Sementara itu, penikmat sekaligus pelaku industri kopi, Agoessam menilai bahwa filtrasi dengan kain pada kopi seduh memang sudah bertebaran di coffe shop.

Hanya saja, dia mengapresiasi positif ide menggunakan kain gedog sebagai filtrasi kopi seduh.

“Mungkin dari segi rasa, hampir sama dengan kopi seduh dengan filtrasi kain atau kertas. Yang membedakan adalah dari estetika dan sensasi daya cipta, karena memanfaatkan potensi lokal,” imbuhnya.

Tak hanya itu, aroma kopi memang sedikit berbeda dibandingkan kopi seduh lainnya.

Yang tak kalah penting, filtrasi dengan kain gedog ini lebih murah, karena bisa dipakai berkali-kali.

Ini berbeda dengan filtrasi kertas, dimana setelah pakai harus dibuang dan diganti kertas baru.

“Saya lihat jenis filtrasi ini belum ada di Surabaya dan Jatim,” pungkas pria yang juga filmmaker ini. (Surya/Sudharma Adi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved