Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Bikin Ketagihan, Kerupuk Rambak Kulit Biawak made in Lamongan ini Laris Manis di Pasaran

Kerupuk terbuat dari tepung, kulit sapi, kerbau dan ikan sudah sering terdengar. Tapi kerupuk dari biawak yang rasanya nyam-nyam masih jarang.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Mujib Anwar
SURYA/HANIF MANSHURI
Kerupuk biawak yang diproduksi Yanto, di rumahnya Dusun Klubuk, Desa Sumbersari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Kamis (5/10/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Makanan ringan kerupuk terbuat dari tepung, kulit sapi, kerbau dan ikan sudah sering terdengar. 

Namun ada kerupuk dibuat dari kulit binatang yang susah didapatkan, bernama biawak.

Tepatnya di Dusun Klubuk, Desa Sumbersari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, seorang warga bernama Yanto yang menekuni industri rumahan ini.

Setiap hari Yanto mengolah kulit biawak untuk dijadikan bahan baku kerupuk rambak.

(Warga di Lamongan Sulap Jantung Pisang Jadi 8 Makanan Ringan, Satu Produk Paling Digemari Anak-anak)

Lembaran persegi panjang kulit itulah yang hendak dimasak untuk kerupuk rambak.

Namun, Anda jangan kaget, Yanto tak sedang mengolah kulit sapi atau kerbau untuk dijadikan kerupuk rambak.

Kerupuk rambak bukan berbahan seperti lazimnya kerupuk rambak yang beredar di pasaran. Tapi dari kulit biawak.

Hampir setiap hari Yanto sibuk menggoreng kulit biawak yang diolah menjadi kerupuk rambak di sebuah wajan besar.

(VIDEO - Hamil 8 Bulan, Wanita ini Tidur di Keranda Mayat Kuburan, Dia Mengaku Dihamili . . .)

Yanto sedang menata potongan kulit biawak untuk dijemur sebelum diolah jadi kerupuk di Lamongan, Kamis (5/10/2017).
Yanto sedang menata potongan kulit biawak untuk dijemur sebelum diolah jadi kerupuk di Lamongan, Kamis (5/10/2017). (SURYA/HANIF MANSHURI)

(Tiga Hari Istrinya Dibawa Nginap di hotel Lelaki Lain, Pria ini Bawa Parang dan Alirkan Darah Segar)

Tangan Yanto, terlihat sangat cekatan, menguliti, memotong dan menggunting lembaran-lembaran kulit dengan warna hijau kehitaman dengan motif belang-belang dan bintik-bintik putih ini.

Selain pisau, Yanto sesekali berganti gunting, memotong lembaran kulit yang Ia pegang hingga dibentuk persegi panjang. Kulit berbentuk persegi itu diletakkan di sebuah baki yang lantas ditata di papan bambu.

Suasana di dalam ruang dapur penggorengan itu pun terasa panas. Api dari kompor gas membara memanaskan minyak, demikian pula asap penggorengan dari wajan, dan dari sana terhirup aroma gurih.

(Awalnya Jadikan Ayam Kalkun Penghasilan Tambahan, Wanita ini Malah Kuwalahan Layani Pesanan Hingga)

Untuk proses pengolahan kerupuk rambak berbahan kulit biawak memang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Biawak pertama dikuliti, setelah itu dipotong-potong seukuran jari panjang dan lebarnya, lalu di cuci bersih, habis itu direbus sampai lunak.

Setelah lunak, rambak kulit biawak tersebut, lantas diberi bumbu khusus, untuk selanjutnya dijemur di bawah terik matahari.

“Dijemur sampai kering baru setelah itu di goreng,” ungkap Yanto, Kamis (5/10/2017).

(Ikhlas Suaminya yang ISIS Hilang di Turki, Wanita di Lamongan Menghiba untuk Nasib Anaknya)

Menurut Yanto, mulai dari proses menguliti biawak sampai digoreng, membutuhkan waktu selama dua hari, bahkan bisa lebih.

Diungkapkan, dari berat 1 kuwintal biawak bisa jadi 10 kilogram kerupuk.

Yanto selalu sibuk untuk mengolah rambak di tempat kerjanya, Depot Indah sebagai kuliner ringan berupa kerupuk untuk pelengkap makan.

Dengan harga satu bungkus dijual Rp 3 ribu rupiah, ukuran ½ ons.

Pemilik Depot Indah, Kustiningsih mengungkapkan, industri kerupuk rambak yang ditekuni memang merupakan hal yang baru.

(Usai Suapi Anak, Dua Ibu-ibu ini Berkelahi Gara-gara Masalah Sepele, Akibatnya Satu Tewas)

Selain untuk mendapatkan biawak juga cukup susah. Ia tidak memakai tenaga khusus untuk mencari biawak.

Namun membeli langsung dari warga masyarakat. Dan tidak bisa dipastikan delam sehari berapa ekor jumlah biawak yang disetor ke tempatnya.

Namun rata - rata dalam sehari untuk kuliner ringan ini bisa mengantongi keuntungan Rp 90 ribu. Dengan rata - rata penjualan sehari bisa habis 30 bungkus.

Penasaran, rasanya gurih-gurih asin- cita rasanya khas, dan yang pasti enak sekali bikin ketagihan. (Surya/Hanif Manshuri)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved