Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Suami yang Bertato Sering Dipandang Hina Orang, Wanita Ini Curhat Apa yang Sesungguhnya Terjadi

Jangan menilai isi buku dari sampulnya saja. Apa yang dialami seorang wanita yang memilih memakai burka ini, jadi satu contohnya.

Penulis: Aji Bramastra | Editor: Alga W
Facebook/Nur Nazihah Ramli
Nur Nazihah Ramli dan suaminya 

Teringat masa sebelum nikah, saya beritahu suami,
"Abang, saya ini tak rajin masak, tak rajin mencuci baju , lipat baju, mengemas rumah dan sebagainya,"

"Bangun tidur pun sering saat sudah siang hari," jujur saya beritahu dia.
Dia senyum.

"Abang nikah dengan kamu untuk dijadikan isteri, bukan cari orang buat digaji," katanya.
Seketika tersentak saya. Saya tertunduk diam, senyum. 

Apa yang saya alami mungkin sedikit 'istimewa'.
Menikahi seorang duda yang bertato yang tidak arif soal agama, dan punya seorang anak perempuan hasil pernikahannya dengan mantan isterinya.

Dia pernah menikah dan pernah gagal.
Saya lihat sendiri bagaimana dia berusaha bersungguh-sungguh memperbaiki hubungan terdahulu, dan bagaimana dia menjadikan kesalahannya dulu sebagai pelajaran dalam hubungan kami.

Seperti hari-hari biasa, manusia memandang kami dengan pandangan yang kejam.
Saya tidak pernah marah pada tato dia, walaupun di awal perkenalan kami dahulu saya kurang senang dengan tatonya.

Astaghfirullah, itulah kelemahan saya dahulu.
Juga seperti masyarakat lain yang memandang dia dengan pandangan yang buruk.

Pandangan masyarakat juga pada kami seolah-olah kami tidak layak bersama.
Dia punya tato sedangkan saya berjilbab dan berniqab.

Ini masalah yang sudah biasa yang kami lalui sepanjang kehidupan kami sebagai suami isteri.
Bayangkan, kami pernah bertemu dengan sekumpulan wanita yang berjubah dan berniqab, mereka akan mencubit lengan sesama mereka.

Memandang kami sambil melirik dan berbisik-bisik, lalu pergi dengan langkah yang laju.
Begitu juga ketika kami bertemu dengan golongan pria-pria berhaji atau pria berjubah, bersongkok atau berkopiah.

Ada yang menggeleng-geleng kepala, ada yang sampai melotot.
Ada yang tak melepas pandangannya.

Mereka melototi saya yang berjubah berniqab ini, lalu melihati suami yang bertato.
Bayangkan juga, bagaimana andai institusi agama Islam sendiri memandang kami dengan pandangan yang 'pahit untuk ditelan'.

Sedangkan Islam itu agama yang baik dan sempurna.
Saya rasa andai kalian di tempat kami, tak banyak yang punya hati yang kuat.

Banyak masalah yang bisa buat kita makan hati dengan masyarakat, namun hati kami tetap kuat.
Bila ditanya kenapa suami masih bersinglet?

Saya jawab, dia masih di jalan hijrah.
Andai kalian paham, jalan hijrah seseorang bukan makan masa yang singkat.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved