Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Setahun Dibangun dengan Dana Miliaran Tetap Sepi, Pasar Spoor Kota Madiun Akan Direnovasi Ulang

Renovasi akan terus dilakukan karena desakan meski pasar di Kota Madiun baru selesai dibangun dengan dana miliaran.

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Mujib Anwar
SURYA/RAHADIAN BAGUS
Pasar Spoor Kota Madiun, baru setahun dibangun sudah akan direnovasi karena sepi pembeli, Rabu (7/3/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Kepala Dinas Pasar Kota Madiun Gaguk Haryono mengatakan, akan merenovasi bangunan Pasar Spoor Kota Madiun, sesuai dengan permintaan para pedagang.

"Dari pedagang sudah mengajukan permohonan tertulis, jadi mereka nanti memang akan ada pembenahan, supaya akses (lapak) dapat menjadi lebih terlihat," kata Gaguk saat dihubungi, Rabu (7/3/2018) siang.

Pasar Spoor yang dibangun menggunakan anggaran tahun 2016 oleh Diskopperidagpar Kota Madiun, menghabiskan biaya sebesar Rp 1,596 miliar. Jumlah kios dan los di Pasar Spoor ada 16 kios dan 26 los.

Dia menuturkan, sejumlah pedagang yang berada di bagian dalam meminta agar sekat atau tembok pembatas antar los dihilangkan. Sebab, pedangan beralasan sekat tersebut menghalangi pandangan para pembeli.

"Sekat terlalu tinggi, kami menyetujui perubahan itu. Kemarin surat resminya sudah kami terima," ujarnya.

Baru Setahun Diresmikan, Plafon Pasar Sepoor Kota Madiun Jebol, Pembeli Ogah Datang

Sementara itu mengenai plafon atau atap yang jebol di depan ruang Kantor Pasar Spoor dan depan ruko disebabkan terjadinya sumbatan di saluran pembuangan air akibat kotoran dan daun.

"Mengenai plafon yang jebol. Ya itu kan karena kena air. Dulu kan ada pohon, daun-daun menyumbat saluran buangan air di atap," katanya.

Begitu juga dengan selokan di depan los yang menggenang. Gaguk mengatakan, hal itu disebabkan penumpukan kotoran yang dibuang pedagang.

"Saliran depan itu harus dikeruk, jadi bukan masalah ketinggiannya yang tidak sesuai," jelasnya.

Mengenai sepinya pasar, Dinas Pasar dan sejumlah dinas terkait sudah mencoba melakukan beberapa usaha agar pasar itu ramai kembali.

"Kami sudah mengadakan event. Kami juga akan mencoba kegiatan lain.," imbuhnya.

Pamit ke Suami Servis Ponsel, Wanita Cantik ini Malah Tewas di Kamar Hotel Bareng Pria Lain

Sehari sebelumnya, Selasa (6/3/2017) PT Inka mengadakan The Spoor Festival di Pasar Spoor.

Senior Manager Secretary Public Relation & CSR PT Inka, Cholik Mochamad Zam Zam, mengatakan The Spoor Festival, selain tujuannya memperkenalkan kereta api kepada masyarakat, !juga untuk meramaikan Pasar Spoor yang selama ini sepi pengunjung.

The Spoor Festival diikuti UKM binaan PT Inka yang jumlah totalnya saat ini mencapai 800 usaha.

Pihaknya menyewa empat ruko di pasar tersebut yang akan ditempati UKM binaan secara bergantian.

"Kami berharap dengan kegiatan seperti ini bisa menghidupkan kegiatan di pasar ini. Nantinya akan ada festival lain supaya pasar ini ramai," katanya.

Diberitakan sebelumnya, upaya Pemerintah Kota Madiun untuk mensejahterakan pedagang di Pasar Spoor tidak tercapai. Buktinya, setelah setahun diresmikan atau tepatnya pada Jumat (20/1/2017) tahun lalu, sejumlah pedagang mengeluhkan sepinya pembeli.

Ditemui usai acara The Spoor Festival yang digelar di Pasar Spoor, Jalan Pahlawan Kota Madiun, Selasa (6/3/2018) para pedangan mengaku omset mereka turun jauh bila dibandingkan ketika Pasar Sepor direnovasi.

"Dulu ketika belum dibangun malah ramai. Bahkan sampai malam pun ramai pembelinya," kata Putut Iswahyudi (35) pedangan yang menempati los C10 ini saat ditemui.

Putut menilai desain bangunan pasar yang menyebabkan sepinya pembeli. Sebab, para calon pembeli tidak bisa langsung melihat lapak pedagang yang berada di belakang ruko atau warung yang berada di depan.

"Kalau menurut saya pembangunannya yang salah. Pembeli tidak bisa melihat langsung, beda dengan pasar yang dulu," kata warga Pringgondani, Kota Madiun ini.

Senada juga dikatakan penjual di los C6 bernama Dwi Sumarni (40).

Penjual nasi yang mengaku sudah berjualan di Pasar Sepoor sejak 2005 ini mengalami penurunan omset hingga 50 persen sejak berjualan di pasar yang baru.

"Lihat saja kondisinya, sepi seperti ini. Dulu sehari bisa dapat Rp 300 ribu, sekarang cuma Rp 100 ribu," keluh ibu satu anak ini.

Selain sepinya pembeli, Dwi juga mengeluhkan desain bangunan Pasar Sepoor yang baru. Meski tampak lebih bersih namun, dibuat bersekat sehingga pedagang satu dengan pedangan lain tidak terlihat.

Tak hanya itu, saluran air juga seolah dibuat asal-asalan karena air menggenang dan tidak dapat mengalir ke saluran pembuanhan dengan lancar.

"Itu juga, saluran pembuangan air dari atap juga tidak ada. Jadi kalau hujan airnya ke mana-mana," katanya.

Hal yang sama juga dikatakan seorang penjual baju daster bernama Said Muslim (47). Pria yang mengaku sudah sejak tahun 2000 berjualan di Pasar Sepor ini juga mengeluhkan sepinya pembeli.

Dahulu, kata Said, ketika Pasar Sepoor belum direnovasi ia bisa meraup keuntungan Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu per hari. Kini, untuk bisa mendapat Rp 100 ribu per hari saja sangat susah.

"Dulu nggak ada sekat-sekat tembok seperti ini. Jadi pembeli bisa langsung melihat apa saja yang ada di dalam," katanya.

Dia mengatakan, seharusnya pada saat sebelum renovasi pedagang diajak berbicara terlebih dahulu. Sehingga ketika dibangun sesuai dengan harapan pedagang.

"Dulu langsung disuruh pergi, tanpa ada relokasi. Kami cari tempat sendiri-sendiri. Akhirnya banyak pedagang yang nggak mau balik lagi, apalagi sepi seperti sekarang," katanya.

Pantauan di lokasi, Pasar Spoor yang lokasinya berada di pusat perkotaan tampak sepi. Bahkan, beberapa los atau lapak dibiarkan kosong.

Selain itu, meski baru setahun dibangun, sejumlah plafon atap bangunan sudah jebol akibat terkena hujan.(Surya/Rahadian Bagus)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved