Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Anang Hermansyah: 92 Persen Pekerja Ekonomi Kreatif Tidak Berasal dari Tenaga Kerja Profesional

Peringatan hari pendidikan nasional harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk serius memperhatikan pendidikan di sektor ekonomi kreatif.

Penulis: Manik Priyo Prabowo | Editor: Anugrah Fitra Nurani
KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG
Anang Hermansyah diabadikan di ruang kerjanya di Gedung Nusantara 1, Komplek DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2017) malam. 

Laporan wartawan TribunJatim.com, Manik Priyo Prabowo

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Peringatan hari pendidikan nasional (Hardiknas) 2018 harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk serius memperhatikan pendidikan di sektor ekonomi kreatif.

Hal inilah yang disampaikan Anggota Komisi X DPR RI Anang Hermansyah melalui siaran persnya pada Rabu (2/5/2018).

Menurutnya, sektor ini memiliki potensi yang besar dan turut berkontribusi meningkatkan perekonomian nasional.

Untuk itu sektor ekonomi kreatif di Indonesia harus ditopang dengan pendidikan dan pengetahuan yang memadai.

(Terungkap! DJ Avicii Meninggal karena Bunuh Diri, Sosok ini Beberkan Kengerian Sebelum Kematiannya)

"Data riset Ekraf dan BPS tahun 2015 mengungkapkan jumlah pekerja di sektor ekraf didominasi lulusan SMA sebanyak 57,20% dan 36,10% lulusan SMP ke bawah. Hanya 6,7% pekerja di sektor ekraf berpendidikan diploma ke atas," papar Anang di sela-sela reses di Surabaya.

Dalam riset tersebut juga terungkap, mayoritas tenaga kerja di sekor ekonomi kreatif didominasi tenaga kerja berjenis "blue collar" yang terdiri dari tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga produksi dan pekerja kasar sebesar 92,19%.

"Hanya 7,8% pekerja di ekonomi kreatif yang masuk kategori white collar yang merupakan tenaga profesional, teknisi dan tenaga yang sesuai dengan bidangnya," papar Anang.

Musisi asal Jember ini pun mencontohkan persoalan yang terjadi di industri film nasional yang disebut berpotensi mengalami krisis tenaga kerja profesional.

Menurut dia, informasi yang diperoleh dari pekerja film, selama tahun 2018 ini ditaksir sebanyak 150 produksi film yang setiap film membutuhkan rata-rata 120 tenaga kerja.

"Pekerja film Joko Anwar menyebutkan jika satu bulan terdapat 12 produksi film, maka dibutuhkan 1400 kru film. Masalahnya, ketersediaan kru film saat ini tidak mencukupi," sebut Anang.

(Hari Pendidikan Nasional, UMM Gelar Kids on Campus untuk Siswa SD, Buat Kue hingga Beri Makan Sapi)

Situasi tersebut, menurut Anang, merupakan salah satu contoh persoalan yang muncul di sektor ekonomi kreatif terkait dengan penguatan SDM.

Dia menegaskan pemerintah harus memikirkan penguatan SDM di sektor kreatif jika ingin serius menggarap sektor ini.

"Maka mau tidak mau, pemerintah harus membuat terobosan dengan menggarap secara serius pendidikan di bidang kreatif," tandas Anang.

Selain itu, kata Anang, sektor pendidikan akan berkorelasi pada kualitas kreatif yang dihasilkan.

Ia meyakini, jika investasi pendidikan di sektor kreatif dapat digarap dengan bagus maka perkembangan ekonomi kreatif di tanah air akan meninkat.

"Yang perlu dicatat juga, pendidikan sektor kreatif ini juga harus merata di seluruh wilayah Indonesia dengan menyesuaikan karakteristik masing-masing daerah," pungkas Anang.

(Terkait Kasus Kecurangan UNBK SMP 54, Kepolisian Sampai Keluarkan Surat Panggilan Kedua untuk Kepsek)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved