Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Serangan Bom di Surabaya

Eks Jamaah Islamiyah Bongkar Sebab Bom Gereja di Surabaya, Motif Dendam dan Sebut Polisi Sudah Tahu

3 gereja di Surabaya karena bom. Mantan pentolan Jamaah Islamiyah ungkap penyebab terjadinya peristiwa itu

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Hanif Manshuri
Ali Fauzi, mantan pentolan JI 

TRIBUNJATIM.COM - Insiden bom meladak di tiga gereja di Surabaya menjadi perhatian banyak kalangan.

Bahkan ada yang meyakini sebagai aksi balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob Jakarta.

Barangkali orang awampun akan berfikir bahwa bom gereja di Surabaya pagi tadi itu linier dengan peristiwa antara napiter dengan polisi di Mako Brimob, Rabu kemarin.

Lalau bagaimana dengan analisa Ali Fauzi, sang mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) yang juga adik kandung sang Trio Bomber Bali.

Baca: Hamil 4 Bulan, Pegawai Rumah Sakit Jadi Korban Ledakan Bom Gereja di Surabaya, Simak Kronologinya

Ditemui Tribunjatim.com Minggu (13/5) siang ini, Manzi, panggilan lapangan Ali Fauzi saat di medan tempur mengungkapkan, Insiden bom meledak di tiga gereja di Surabaya itu adalah bagian dari balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob.

Munuculnya rekaman di video, Instagram yakni, nampak jelas bagaimana seorang anggota polisi menyuapi makan dengan kedua tangan diborgol pada napiter dalam bus perjalanan menuju Nusakambangan, itu menjadi penyulut kemarahan mereka yang sejalan dengan para napiter.

"Jadi kelompok ini sangat terprovokasi dengan video yang beredar luas itu," ungkap Ali Fauzi.

Kelompok teroris mana yang beraksi di Surabaya meledakkan bom di tiga gereja ?

Baca: Sebelum Gereja di Surabaya Meledak, 3 Orang Bercadar Berusaha Masuk, Saksi Ungkap Fakta Miris

Ali Fauzi memantapkan keyakinannya bahwa pelakunya adalah kelompok bergerak dalam medio 4 hingga 5 tahun yang lalu.

"Kelompok ini beraviliasi dengan ISIS," tandasnya.

Tapi mengapa yang jadi sasarannya gereja, Ali membeberkan, sesungguhnya aksi serupa pernah tahun 2000.

Dimana gerakan serentak saat itu ada di sembilan kota termasuk diantaranya di Batam, Pekanbaru, Mojokerto, Bandung, dan Jakarta dengan pengiriman 25 paket bom.

"Yang beda, modelnya antara dulu dan sekarang," katanya.

Baca: Beredar CCTV Detik-detik Gereja di Surabaya Sebelum Meledak, Netizen Soroti Sosok Pengendara Motor

Dalam kejadian ini, menurut Ali Fauzi, polisi tidak berarti kecolongan.

Karena pada dasarnya polisi tahu akan ada balasan, hanya tidak diketahui pasti kapan dan dimana akan terjadi.

Negara manapun seperti bisa terjadi, termasuk di Amerika Serikat.

Jika kelompok teroris mendapat tekanan, maka yang di bawah akan bergerak.

Baca: Cari Cucunya di Gereja yang Meledak, Sang Kakek Tiba-tiba Gemetar, Ini yang Terjadi Sebenarnya

"Mungkin polisi tahu, tapi dimana dan kapan," katanya.

Kelompok pengebom ini, menurutnya tidak masuk dalam perakit bom besa. Kalaupun ada kebakaran itu hanya efek samping.

Bukan karena efek residunya. Yang muncul api dan terbakar itu ban, tangki bensin dan lainnya.

Sedangkan asap yang membumbung tinggi itu juga akibat efek samping benda-benda seperti ban yang terbakar.

Baca: Pasca Ledakan Bom, Wanita Dukuh Kupang Masih Mencari Tantenya yang Hilang Saat Beribadah ke Gereja

Baca: 3 Gereja di Surabaya Dibom, Reaksi Wali Kota Tri Rismaharini Sangat Emosional, Begini Eskpresinya

Asap tinggi itu bukan efek residu, makanya warna asapnya hitam buka putih.

Sementara dominan warna asap yang muncul tadi itu hitam.

"Kalau warna asap juga bisa dipelajari bahan peledaknya dari apa. Tergantung bahannya," ungkap Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian ini.

Polisi yang olah TKP akan bisa melihat benar apakah itu dampak residu atau bukan.

Baca: Korban Bom Gereja Teridentifikasi, Keluarga Serbu Ruang Jenazah RS Bhayangkara Polda Jatim

Baca: BREAKING NEWS: Update Korban Bom Gereja di Surabaya, 11 Tewas, 41 Luka

Dan bisa dicocokkan dengan bahan-bahan yang terbakar di sekitar kejadian.

Jika ada kesamaan pola, maka dengan mudan untuk mengidentifikasinya.

Apakah sama dengan yang dulu (kelompok insiden tahun 2000, red) yang beraviliasi dengan ISIS atau tidak.

"Bom dari kelompok baru atau lama,"katanya.

Ali Fauzi menambahkan analisa mendalam yang bisa dipakai jalan dalam proses penyelidikan oleh polisi.

Dari pengamatannya video yang terjadi, bahwa nampak seorang ibu yang mengajak anaknya untuk melakukan aksi itu.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah, seorang ibu yang sampai berani beraksi mengajak anak ada beberapa kesimpulan.

Kemungkinan si ibu ini anggota keluarganya, mungkin suaminya masih dalam tahanan, atau anaknya juga dipenjara.

Bisa juga suaminya meninggal di Syiria atau di Irak. "Perlu dicari tahu," katanya.

(Surya/Hanif Manshuri)

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved