Serangan Bom di Surabaya
Geger! Serangan Bom Beruntun di Surabaya, Ini Sejarah Munculnya Bom Mobil dalam Aksi Teror
Serangan aksi teror bom beruntun terjadi di Surabaya sejak Minggu (13/5/2018) hingga Senin (14/5/2018).
Penulis: Ani Susanti | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM - Serangan aksi teror bom beruntun terjadi di Surabaya sejak Minggu (13/5/2018) hingga Senin (14/5/2018).
Salah satu dari aksi teror tersebut salah satunya menggunakan mobil.
Aksi pengeboman menggunakan mobil dilakukan Dita Supriyanto, saat melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno.
Baca: Serangan Bom di Mapolrestabes Surabaya, Potongan Tubuh Bercecer, Terdengar Teriakan: Ya Allah!
Ia naik mobil Avanza dan menabrakkannya ke gereja hingga terjadi ledakan.
Bom ternyata berada di dalam mobil.

Dilansir dari Kompas.com, penggunaan mobil untuk aksi teror pengeboman di Indonesia bukan kali ini saja terjadi.
Aksi serupa pernah dilakukan, di antaranya saat Bom Bali I pada 2002 dan Kedubes Australia, 2004.
Baca: H+1 Pasca Insiden Ledakan, Wajah Pelaku Bom 3 Gereja Surabaya Banyak Dicari Netizen, Ini Potretnya
Apa alasan menggunakan mobil?
Mobil banyak digunakan untuk aksi pengeboman karena dapat membawa bahan peledak dalam jumlah besar ke lokasi sasaran.
Tak diketahui pasti kapan awal mula cara ini digunakan.

Dalam salah satu artikel berjudul A History of Car Bomb yang dimuat di Asia Times, disebutkan bahwa pada September 1920, seorang imigram Italia bernama Mario Buda memarkir gerobak kudanya tak jauh dari kantor perusaahaan JP Morgan di New York.
Setelah itu, ia meninggalkan gerobak kudanya dan menghilang.
Baca: Kelompok JAD Terkait ISIS, Peledak Bom di Surabaya Ketuanya dan 3 Aksi Teror yang Pernah Dilakukan
Seorang petugas pos yang tak jauh dari lokasi menemukan sebuah selebaran bertuliskan "bebaskan para tahanan politik atau kalian semua akan mati".
Beberapa bulan sebelumnya, rekan-rekan Mario diketahui ditangkap.
Tak lama kemudian, gerobak kuda yang ternyata membawa dinamit itu meledak.

Pada Januari 1947, kelompok pro fasis dari Israel, Stern Gang membawa satu truk bahan peledak ke kantor polisi Inggris di Haifa, Palestina.
Truk kemudian meledak dan menewaskan empat orang dan melukai 140 lainnya.
Baca: Suasana Terkini Rumah Duka Terduga Pelaku Teror Bom di Tiga Gereja Surabaya
Tak cuma polisi Inggris, tapi juga warga Palestina.
Setelah itu, bom mobil mulai digunakan secara sporadis di berbagai belahan dunia.
Salah satunya bom truk bunuh diri yang menghancurkan kedutaan AS dan barak Korps Marinir di Beirut, Lebanon pada tahun 1983.
Baca: Usai Ledakan, 2 Ambulance Datang ke Polrestabes Surabaya, Tri Rismaharini Tinggalkan Lokasi
Beberapa tahun terakhir, bom mobil juga tercatat cukup sering terjadi di negara-negara yang masih didera konflik, dari mulai Irak ataupun Afghanistan.

Bom mobil dapat diaktifkan dengan berbagai cara, dari mulai saat pintu dibuka, mesin dihidupkan, pedal gas atau rem diinjak, menyalakan sekering atau melalui perangkat pengatur waktu.
Penggunaan bom mobil terdiri atas dua kategori, yang pertama bertujuan mengincar orang yang ada di dalam kendaraan.
Baca: 6 Fakta Serangan Bom Mapolrestabes Surabaya, Ada Video Anak Pelaku Selamat yang Bikin Merinding
Cara ini biasanya dilakukan dalam peristiwa pembunuhan.
Sedangkan yang kedua, mengincar orang-orang atau merusak bangunan yang ada di sekitar mobil.
Untuk yang kedua ini, pelaku bisa pergi meninggalkan mobil ataupun mati meledakan diri bersama dengan mobil itu.