Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Serangan Bom di Surabaya

Saat Hidup Sudah Tewaskan Banyak Orang, Kini Jenazah 13 Teroris di Surabaya Alami Nasib Miris

Semasa hidup, para teroris ini sudah menewaskan banyak orang. Sekarang jenazah mereka malah jadi begini. Balasan?

Penulis: Ndaru Wijayanto | Editor: Januar
Istimewa
Kolase teroris 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ada beberapa tumpukan batu, dan genting di halaman rumah teroris yang disergap kepolisian di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Anton Ferdiantono.

Hal itu terlihat ketika TribunJatim.com mendatangi kediamannya yang berlokasi di Jalan Manukan Kulon Blok 19 H nomor 19 RT.11 RW.5, Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes, Surabaya.

Ketua RT.11, RW.5, Manukan Kulon Surabaya, Budi Santoso mengatakan rumah itu telah puluhan tahun tak ditempati Anton dan keluarganya.

Baca: Dikira Mati, Nenek Jumanti Akhirnya Pulang Usai 28 Tahun Jadi TKI di Arab Saudi, Simak Kisah Pilunya

Bahkan, kondisi runahnya pun terlihat terbengkalai.

Budi tak menepis bila Anton adalah warganya.

"Rumahnya di sebelah rumah saya, rumahnya (Anton) lama nggak ditinggali," terang Budi pada TribunJatim.com, Selasa (15/5/2018).

Dari pandangan mata TribunJatim.com dilapangan, terlihat atap rumah Anton yang puluhan tahun tak dijamah itu runtuh.

Baca: Risma Langsung Sujud Saat Undangannya Dikomplain Takmir Usai Marak Aksi Teror, Isinya Bikin Geger

Bahkan, dihalaman dan dalam rumah pun dipenuhi rumput liar.

"Ya seperti ini kondisinya, saya tidak tahu terakhir tinggalnya (Anton) sama keluarga dimana, yang pasti setelah menikah Anton sudah tidak disini," tutupnya sembari menunjuk ke arah rumah Anton.

Pengakuan Ketua RT

Ketua RT.11, RW.5, Manukan Kulon Surabaya, Budi Santoso membenarkan bila teroris yang disergap kepolisian di Rusunawa Wonocolo Taman, Sidoarjo, Anton Ferdiantono adalah warganya.

Hal itu disampaikan Budi ketika bertemu dengan TribunJatim.com didepan rumah otak peledakan bom di tiga gereja di Surabaya, Anton Ferdiantono yang telah puluhan tahun tak ditempati.

Menurut Budi, semasa hidup Anton kerap dikenal sebagai pribadi yang tertutup

Sebab, Anton jarang bergaul dengan warga sekitar.

Baca: Kak Seto Ungkap Cara Teroris Ajak Anak-anak Ikut Ledakkan Bom, Metode yang Dipakai Bikin Merinding

"Dia (Anton) memang dikenal jarang bersosialisasi, untuk berbicara dengan tetangga juga jarang sekali," ujarnya pada TribunJatim.com.

Kata Budi, usai menikah dengan Puji Kuswati, Anton justru tak pernah terlihat lagi di lingkungan rumahnya.

Menurutnya, Anton juga telah meninggalkan rumahnya yang berada di Manukan Kulon Blok 19 H nomor 19, RT.11 RW.5 usai menikah dengan Puji

Lalu, bagaimanakah kisah keseharian Anton semasa hidup disana ketika masih muda?

Baca: Pesan terakhir Ipda Auzar Sebelum Meninggal Dalam Serangan Teroris Mapolda Riau, Isinya Bikin Haru

"Kalau semasa mudan, Anton pernah aktif jadi remaja masjid RW 5, gak ada gelagat mencurigakan," ujar Budi sembari menunjuk ke rumah Anton, Selasa (15/5/2018).

Menurut Budi, tidak ada yang aneh dari pribadi Anton ketika itu.

Budi justru terkejut ketika baru mengetahui bila Anton terlibat dalam aksi dan jaringan terorisme pada Minggu (13/5/2018).

Malam itu juga, Budi mengatakan dirinya langsung di datangi Kapolsek, Kamtibmas,, serta Camat TKP penyergapan Pada Senin (14/5/2018) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB untuk memberikan keterangan.

Baca: Reaksi Tak Terduga Takmir Saat Lihat Risma Sujud Minta Maaf Karena Isi Undangan yang Diprotesnya

Selain itu, Budi mengutarakan, usai menikah, Anton dan Puji diketahuinya sering kerap berpindah-pindah tempat tinggal.

Mulanya, Anton berpindah rumah di RT.9.

Kemudian, Anton berpindah lagi ke RT 11 yang letaknya tak jauh dari rumah aslinya yang berada di depan gang.

Selanjutnya, Budi mengaku tak mengetahui lagi keberadaan Anton dan keluarganya.

"Sekitar tahun 2006 sampai 2008 Anton sering pindah," tutup Budi.

Kesaksian bocah yang selamat dari ledakan

AAP merupakan satu diantara empat anak bomber yang selamat dari ledakan bom yang terjadi Surabaya dan Sidoarjo.

AAP merupakan putri dari bomber yang meledakan diri di Mapolrestabes Surabaya.

Pada Selasa (15/5/2018) AAP (8) dijenguk oleh ibu-ibu Bhayangkari Polda Jawa Timur.

Saat dijenguk dan diajak berbincang AAP bisa menjelaskan jika antara bomber satu dengan yang lainnya saling mengenal.

Termasuk satu anggota keluarga bomber yang sebelumnya meledakkan diri di tiga gereja di Surabaya dan juha bom di rusun Wonocolo, Sidoarjo.

Hal ini diceritakan istri Kapolda Jatim Machfud Arifin yaitu Lita Machfud usai mengunjungi AAP

"Saya tanya dari anggota yang meriksa, dia (AAP) bisa jelaskan antara yang satu dengan yang lainnya saling kenal, bapaknya yang ledakan pertama di gereja kemudian dengan yang di Sidoarjo saling mengenal, jadi dia tau kalau itu teman bapaknya," cerita Lita usai menjenguk di RS Bhayangkara Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).

Tak hanya itu, saat ditanya tentang Dita Oeprianto, AAP juga mengaku mengenalnya.

Bahkan ia mengenal dengan keluarga Anton dari Rusunawa Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo.

 

Nasib jenazah 13 teroris di Surabaya

Sejak tiga hari lalu di informasikan oleh Polda Jatim, belum ada satu keluarga pun yang datang mengambil jenasah dari total 13 korban tewas teroris, Rabu (16/05/2018).

Jangankan mengambil, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan tidak ada pihak keluarga yang mau mengakui ke-13 tersangka itu.

Padahal dari pihaknya sudah melakukan tindakan proaktif untuk mendatangi pihak keluarga agar mau mengambil jenasah keluarganya di RS Bhayangkara, DVI Polda Jatim.

Satu contohnya adalah keluarga dari bocah berinisial AIS yang selamat dari aksi bom bunuh diri dari keluarganya di Mako Polrestabes Surabaya. Senin (14/05/2018).

"Pamannya tadi sudah datang tapi dia cuma mau menjenguk AIS dan tidak mau mengakui orang tua AIS keluarganya," kata Kombes Pol Frans Barung Mangera. (16/05/2018)

Jangankan untuk mengakui, Menurut Barung, paman AIS juga tidak mau melihat jenasah dari Tri Murtiono (ayah AIS) dan Tri Ernawati (Ibu AIS).

"Paman dan kakeknya AIS juga tidak mau lihat jenazah. Pokoknya dia tidak mau mengakui kalau mereka (orang tua AIS) keluarganya. Kecuali AIS," jelasnya di Media Center Polda Jatim.

Bila dengan tiga kali pengumuman ini tidak ada respon dari keluarga untuk mengakui maka pihak Polda Jatim akan melakukan tindakan.

Menurut Barung, Polda Jatim akan segera berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk melakukan pemakaman.

"Bila memang tidak ada pihak keluarga yang mau mengakui, Polda Jatim akan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Kementrian Agama untuk melakukan pemakaman sesuai agama," tambahnya.

"Sekitar tujuh hari lagi keputusannya," tutur Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved