Soekarno Ungguli Jokowi di Survei Pemimpin Indonesia Paling Berhasil, Lalu Siapa yang Nomor Pertama?
Dalam survei itu, nama Soekarno ungguli Jokowi sebagai pemimpin yang berhasil memimpin di Indonesia. Siapa nomor 1?
TRIBUNJATIM.COM - Selama hampir 73 tahun berdiri, Indonesia sudah dipimpin oleh tujuh orang presiden.
Di antaranya Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Jokowi.
Selama itu pula, masing-masing sosok tersebut memiliki gaya dan kelebihan masing-masing saat memimpin Indonesia.
Baru-baru ini sebuah survei telah dilakukan.
Baca: Berbanding Terbalik, Saat Ramadan, Tingkat Hunian Turun namun Food and Beverage Hotel Meningkat
Baca: Ungkap Sebab Tak Teror Israel, ISIS Bocorkan Tujuan Serangannya Sebenarnya, Sempat Sebut Mekah
Berdasarkan hasil survei Indo Barometer terhadap 1.200 responden pada 15 hingga 22 April 2018.
Pengumpulan data survei dilaksanakan menggunakan teknik wawancara tatap muka responden melalui kuisioner.
Presiden Soeharto dinilai sebagai presiden yang paling berhasil dalam memimpin Indonesia.
"Sebanyak 32,9 persen responden memilih Soeharto sebagai presiden yang paling berhasil di Indonesia," ujar Direktur Eksektufi Indo Barometer, Muhammad Qodari dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu (20/5/2018).
Baca: Masukkan 13 Ekor Kambing Curian ke Avanza, Aksi 3 Sekawan Terbongkar Karena Ulah Ganjil di Waduk
Baca: Ambil Jenazah Teroris di Surabaya, Keluarga Tunjukkan Reaksi Tak Biasa, Polisi Beri Pengawalan Ketat
Sosok proklamator Soekarno menempati posisi kedua sebagai presiden yang paling berhasil di Indonesia.
Hasil survei memperlihatkan Soekarno dipilih oleh 21,3 persen responden.
Sedangkan posisi ketiga, keempat, dan kelima ditempati oleh Joko Widodo (17,8 persen), Susilo Bambang Yudhoyono (11,6 persen), dan BJ Habibie (3,5 persen).
Sementara di posisi keenam dan ketujuh, yakni Abdurrahman Wahid (1,7 persen) dan Megawati Soekarnoputri (0,6 persen).
Baca: Kematian Cucu Aa Gym Diduga Sindrom SIDS, Ini Kriteria Bayi yang Rentan Terkena dan Pencegahannya
Baca: Adara Taista Meninggal Diduga Karena Penyakit Ganas Ini, Gejalanya Sering Diremehkan Banyak Orang
Margin of error dari survei sebesar 2,83 persen.
Artinya, posisi lima besar memiliki keakuratan yang baik.
Qodari mengatakan, survei serupa pernah dilakukan Indo Barometer pada tahun 2011.
Saat itu, survei menunjukkan hasil yang sama, yakni Soeharto dinilai sebagai sosok presiden yang paling berhasil memimpin Indonesia.
Baca: Usai Hilang dan Sempat Diisukan Hidup Susah, Kabar Terbaru Pak Tarno Bikin Netizen Ramai Berdoa
Baca: Sering Ramal Seleb, Sumber Kesaktian Mbah Mijan Akhirnya Terkuak, Sosok Istrinya Disoroti Netizen
"Saat itu Indo Barometer dituduh pro-Soeharto. Eh ternyata sekarang, hasil surveinya kan tetap sama," ujar Qodari.
Meski demikian, hasil dalam survei 2011 yang lalu, jumlah responden yang memilih Soeharto lebih tinggi dari hasil survei yang sekarang, yakni sebesar 40,5 persen responden.
Artinya, ada penurunan sebesar 7,6 persen di tahun ini.
Baca: Bantuan Insentif Rp 3,7 Miliar untuk Guru Ngaji di Situbondo Akhirnya Cair
Baca: Seminggu Tewas Usai Aksi Teror Bom di Surabaya, Polisi Ungkap Kondisi Jenazah Dita Kini, Miris
Tak sebanding
Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menilai wajar apabila Soeharto dinilai publik sebagai presiden yang paling berhasil.
Pertama, Soeharto memimpin Indonesia lebih lama, yaitu selama 32 tahun.
Oleh sebab itu, pencapaiannya tentu saja lebih banyak dibandingkan presiden pasca-reformasi.
"Wajar kalau dia membangun lebih banyak jembatan, lebih banyak bendungan, modal waktunya panjang. Dia lebih punya banyak waktu untuk menyelesaikan masalah," ujar Budiman.
Baca: Terpilih Gubernur, Khofifah Janji Beri Tunjangan 41 Ribu Imam Masjid di Daerah Terpencil
Baca: Berubah Drastis, Tubuh Adara Taista Sebelum dan Usai Nikah Jadi Sorotan, Sering Pakai Penutup Kepala
Kedua, dalam waktu yang panjang itu pula, Soeharto mampu mengendalikan elemen-elemen negara.
"Kekuasaan dia lebih besar. Legislatif dia kontrol, yudikatif juga. Sementara pemimpin di pasca-reformasi tidak bisa. Megawati, SBY, Jokowi, tidak bisa mengontrol MA, tidak bisa menentukan pemenang pemilu," ujar Budiman, yang pernah menjadi tahanan politik Orde Baru itu.
Ketiga, pada era Orde Baru tidak mengenal otonomi daerah.
Sementara, saat ini kewenangan pemerintah pusat dapat diartikan sebagai kewenangan pemerintah daerah pula.
Baca: Terpilih Gubernur, Khofifah Janji Beri Tunjangan 41 Ribu Imam Masjid di Daerah Terpencil
Baca: 5 Pengakuan Eks Murid Aman Abdurrahman, Bisa Lepas Doktrin Karena Baca 1 Ayat di Al Quran Ini
Oleh sebab itu, menurut Budiman, sebenarnya tidak sepadan apabila keberhasilan era Soeharto dibandingkan dengan presiden pasca-reformasi.
"Jadi, ini seperti membanding-bandingkan durian dengan jeruk," ujar Budiman