Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kisah Guru Non PNS Pasuruan ini, Ternyata Pelukis Penuh Prestasi

Gagal beberapa kali memenangai lomba lukis, membuat Achmad Toriq warga Kecamatan Bangil, sempat merasa frustasi

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Yoni Iskandar
(Surya/Galih Lintartika)
Achmad Toriq, pelukis berprestasi 

Ia kembali coba-coba ikut kejuaraan. Skalanya memang masih tingkat kabupaten. Namun siapa sangka, ia berhasil juara. Meski baru juara tiga. Tapi, mampu mengembalikan kepercayaan dirinya.

“Sejak itulah, saya bangkit dan percaya diri. Beberapa kali saya ikut lomba. Hasilnya memuaskan. Saya pun semakin semangat melukis,” kisahnya.

Tidak hanya melukis tentang alam atau kondisi realita sekitar. Tetapi, ia juga mampu melukis kaligragi. Meski sebelumnya, kemampuannya diragukan oleh guru seni di SMA tempatnya belajar.

Baca: Pengendara Alphard yang Dihajar Massa Pakai Bertuliskan Kemenkumham, Ternyata

Ceritanya, waktu itu Toriq yang sudah menginjak di bangku SMAN 1 Bangil, tak masuk radar, pelukis di sekolahnya. Ia tidak terpilih, untuk mengikuti lomba yang digelar tingkat Kabupaten Pasuruan.

Namun, berkat kegigihannya untuk meyakinkan pihak sekolah, ia akhirnya mendapat kepercayaan. Kepercayaan gurunya itupun, tak disia-siakannya. Karena, kaligrafi buatannya, mampu menyabet juara. Meski baru juara kedua tingkat Kabupaten Pasuruan.

“Saya senang, bisa membayar keraguan pihak sekolah. Sempat tidak terpilih, akhirnya saya bisa menjadi juara kedua lukis kaligrafi tingkat Kabupaten Pasuruan,” tutur dia.

Bagi Toriq, seni lukis bukan hanya sekadar hobinya. Karena, seni lukis adalah penyambung hidupnya.

Ia sadar tentang dirinya, yang berasal dari orang tak punya. Orang tuanya hanyalah pedagang nasi bungkus.

Ia berpikir keras bagaimana untuk melanjutkan sekolah.

“Caranya, dengan terus mengikuti lomba. Sehingga, peluang untuk menang terbuka. Kalau menang, kan bisa dapat uang,” akunya.

Uang hasil lomba, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ia juga rajin menabung. Tujuannya, agar bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Karena, ia tak mau terus-terusan menjadi orang susah. Ia bertekad bisa mengangkat derajat dirinya dan keluarga.

Sempat banyak yang mencibirnya, karena ia akhirnya memutuskan untuk kuliah. Maklum, lulusan seni lukis Unesa Surabaya ini dianggap dari golongan yang tak punya.

“Banyak yang mencibir, karena saya kuliah. Tapi, bermodalkan tekad saya tidak menggubris cibiran itu,” ungkap pemuda yang lahir 11 Mei 1990 ini.

Ia tak sekadar kuliah. Ia nyambi untuk melanjutkan kehidupannya. Berbagai pekerjaan dilakukannya. Mulai dari waiters hingga menjadi tenaga pendidik sekolah dasar.

“Saya juga sering ikut-ikutan lomba lukis. Dan alhamdulillah, beberapa kali juara,” tandasnya.

Nasibnya memang baik. Karena meski belum lulus kuliah, ia dipercaya untuk mengajar di MTs Negeri 1 Pasuruan yang berada di Bangil. Ia menjadi guru non PNS seni lukis di mts setempat sejak 2013 lalu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved