Kopi Arabika Krucil, Emas Hitam Dari Lereng Gunung Argopuro yang Jadi Incaran Pengusaha
Emas hitam dari lereng Gunung Argopuro ini semakin diincar pengusaha ini bernama kopi Arabika Krucil.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, PROBILINGGO - Tim Pengembangan Produk Unggulan Daerah Kopi Rakyat Kabupaten Probolinggo mengunjungi kebun kopi penghasil Kopi Arabika Krucil, Rabu (1/8/2018) pagi.
Tim terdiri dari elemen eksekutif, legislatif dan KPH Probolinggo ini melihat dari dekat keberadaan kebun kopi seluas 37,02 hektar di lereng utara Gunung Argopuro di Dusun Pesapen, Desa Watupanjang Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo.
Di lahan seluas ini, kopi arabika khas Krucil digarap serius oleh Kelompok Tani (Poktan) "Rejeki 17". Sudah empat tahun terakhir ini, poktan ini memgembangkan kopi menggunakan sistem penanaman pola organik.
Poktan Rejeki 17 ini terpilih sebagai salah satu pelaksana pilot Project pada Program Desa Pertanian Organik yang masuk dalam program Nawacita Presiden Joko Widodo.
• Petani di Pasuruan Ramai-Ramai Petik Mangga Alpukat Sebelum Masa Panen
Di atas ketinggian 1.200 mdpl itu, Wahid Nurrahman, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo mengatakan, negara atau dalam hal ini pemkab harus hadir.
Ia menyebut, Pemkab akan mendukung sepenuhnya agar kopi krucil ini bisa memiliki kepercayaan dari pemerintah pusat karena bisa melakukan penanaman, pengolahan kopi arabika dengan pola organik.
"Kopi Arabika Krucil ini ibarat emas hitam yang langka dan selalu menjadi incaran para pengusaha dan tengkulak dari luar daerah. Potensi ini InsyaAllah akan berkembang kalau semua dinas terkait guyub dan memberikan perhatian," ungkap Wahid Nurrahman setelah mencicipi kopi kualitas organik tersebut.
Wahid mengaku akan segera merumuskan kebijakan terhadap segala kesulitan yang masih dimiliki poktan Rejeki 17, baik infrastruktur maupun pengembangan dan modifikasi produknya. Hal itu dilakukannya, setelah mendengar aspirasi dari poktan Rejeki 17.
• Nenek di Tulungagung ini Menantang Bahaya Salat di Perempatan Jalan Penuh Lalu Lalang Kendaraan
"Saya harap ini benar-benar menjadi perhatian kita semua karena ini adalah kepentingan masyarakat. Jika komoditi ini bisa diperlakukan dengan lebih baik maka kopi Arabika Krucil ini akan menjadi produk unggulan Kabupaten Probolinggo dan tentu saja akan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat," jelasnya.
Selain itu, ia menyebut, kawasan perkebunan kopi organik ini sangat berpotensi untuk dikembangkan menuju desa wisata berbasis konservasi dan edukasi pertanian organik.
Lokasi perkebunan yang Asri, dan tertata rapi dengan tata kelola kebun organik ini jarang diketahui dan dijumpai oleh masyarakat luas.
Menurut Wahid, wacana ini juga selaras dengan rencana pengembangan wisata yang sebelumnya telah digagas dan mulai digarap di kecamatan Tiris dan Krucil.
• Kalahkan 600 Peserta dari 107 Negara, Siswa SMA Petra Raih Emas Olimpiade Matematika Rumania
Krucil dan Tiris memiliki daya tarik wisata alam yang lengkap dengan pendukungnya dan layak untuk dikembangkan.
"Wisata danau, air terjun, sumber air panas, cagar alam taman hidup dan padang savana, semuanya itu didukung dengan kekayaan potensi pertanian didalamnya seperti buah-buahan, sayuran, hasil peternakan dan ditambah kini adanya kebun kopi organik," tuturnya.
Wahid menambahkan, salah satu faktor penunjang utama untuk mendorong pengembangan sektor wisata adalah infrastruktur yang memadai. Oleh sebab itu kedepan pihaknya akan lebih bersinergi lagi bersama eksekutif Pemkab Probolinggo.
Dan untuk mengawali langkah, anggaran Jaring Masyarakat (jasmas) tahun 2019 miliknya akan diusulkan untuk peningkatan kualitas jalan kabupaten di desa Watupanjang sepanjang 3.000 meter.
"Kami harap kedepan di tahun 2019 kita bisa mengupayakan agar sebagian anggaran Kabupaten Probolinggo bisa diarahkan untuk pengembangan perkebunan kopi Kabupaten Probolinggo tidak hanya sebatas di Krucil saja, karena di daerah lain juga ada yang memiliki potensi yang sama," tandasnya.
• ITS Surabaya Luncurkan Dua Mobil Listrik Khusus Untuk Rally Dakar
Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH) Probolinggo, Tubagus Aep Saipudin, mengakui kemajuan sumber daya masyarakat desa Watupanjang yang telah berhasil mengembangkan kopi organik di tengah ramainya permintaan kopi berkualitas baik pasar lokal maupun Internasional.
"Saya pikir ini merupakan langkah besar kita dalam mengembalikan reputasi kecamatan Krucil yang dulu pernah menjadi salah satu sentra penghasil kopi terbaik di Indonesia, sekaligus sebagai pendongkrak perekonomian rakyat," ungkap Tubagus.
Dalam kesempatan itu, Ia menyampaikan, pihaknya akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para petani untuk memanfaatkan kawasan perhutani sebagai perluasan perkebunan kopi di kecamatan Krucil.
"Peluang untuk program-program sosial sudah ada, nanti kita atur tata ruang dan pengelolaannya. Selanjutnya tergantung petaninya bagaimana mereka bisa menjaga eksistensi dan meningkatkan kualitas produk nya," tambahnya.
• Kisah Unik Ganyang Penghalang Demokrasi Pancasila, Guru Idola nan Tampan yang Viral di Medsos
Kus Junaidi, Kepala Desa Watupanjang mengaku sudah menyalurkan sebagian Anggaran Dana Desa untuk peningkatan kualitas jalan secara bertahap. "Sementara kami prioritaskan pada ruas jalan desa utama, khususnya yang bisa dilalui oleh kendaraan roda 4, alhamdulillah total sudah 11 titik telah kami selesaikan," ungkapnya.
Ia juga menyambut baik atas rencana pengembangan desa wisata ini. Jika ini benar benar terealisasi pihaknya yakin hal ini akan menumbuhkan peluang kerja bagi masyarakat setempat. Dampak nyata yang akan dirasakan yaitu akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kus Junaidi menjelaskan, kebun kopi milik poktan Rejeki 17 ini sudah bisa memproduksi kopi. Sudah ada berbagai alat produksi yang bisa menunjang pengolahan kopi pasca panen. "Saat ini kami sudah melaunching dua produk andalan kami, yaitu kopi Arabika Krucil dan Kopi Lanang Krucil dalam kemasan 100 gram. Dengan cover yang kekinian dan tentu saja cita rasa dan kualitas organik namun dengan harga standar kopi pada umumnya," tutupnya. (Surya/Galih Lintartika)