Ibadah Haji 2018
Kisah Juru Kunci Makam di Mojokerto Berjuang Naik Haji, Dibantu Bunga Kamboja
Supaat (71) bertutur ramah saat ditemui petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya di Asrama Haji Sukolilo.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM,SURABAYA - Supaat (71) bertutur ramah saat ditemui petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya di Asrama Haji Sukolilo.
Meski usianya sudah sepuh, namun semangat dan niatnya untuk berhaji menjadikan energi sang kakek seolah muda lagi.
Supaat adalah juru kunci makam yang tinggal di Desa Pohgurih, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Setiap hari dia bertugas dan bekerja menjaga dan membersihkan makam kampung itu. Dia juga membantu mengerahkan warga yang hendak ziarah leluhurnya.
• Klasemen Sementara MotoGP 2018, Menangi Balapan di GP Austria, Jorge Lorenzo Naik Peringkat
Demikian yang dikakukan Supaat setiap hari.
"Kalau makam sudah bersih dan tidak ada yang ziarah saya sambi cari kembang Kamboja," tutur sang kakek mengembangkan senyumnya.
Dengan ikhlas dia menekuni pekerjaan mulianya itu. Meski pendapatannya tak menentu namun kegemarannya menabung membuat Suapaat bisa naik haji. Senin (13/8/2018) menjelang subuh tadi sang kakek tiba di Tanah Suci.
Sekitar pukul 20.00 tadi malam, Supaat bertolak terbang dari Bandara Juanda ke Mekkah bersama Kloter 77 (Mojokerto). Untuk kali pertama kakek tiga cucu itu naik pesawat.
"Kalau pipis Bagiamana di pesawat," ucap Supaat sebelum berangkat.
• Rahasia Keberhasilan Timnas U-23 Indonesia Bungkam Taiwan di Asian Games 2018
Dibutuhkan waktu tujuh tahun untuk konsisten tiada henti menabung sehingga Supaat bisa diizinkan menunaikan rukun Islam kelima naik haji. Dia selalu menyisihkan pendapatannya yang tak seberapa untuk ditabung.
Dalam tradisi di kampungnya sebagai juru kunci, Supaat mendapat tanah sawah ganjaran atau bengkok yang tak luas.
Dari tanah ini dia bisa hidup. Selain berharap uang kaleng peziarah makam atau infaq pengunjung makam.
Jika dihitung rata-rata sebulan bisa mendapatkan Rp 230.000. Nilai yang tak seberapa. Supaat masih ingat krentek hatinya berniat ibadah pada sembilan belas tahun lalu atau pada 1999. Dalam hatinya ada keinginan naik haji.
Niat itu terus disimpan untuk dirinya sendiri. Keinginannya itu tak pernah diucapkan dan tidak diberitahukan pada siapa pun. Dari menyisihkan sebulan Rp 100.000 dan Sesempatnya hingga 2007, uang Supaat terkumpul Rp 9,6 juta.
• Pengurus Besar Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyyah Desak Maruf Amin Mundur dari Rais Aam PBNU
Uang tersebut lantas ia titipkan di salah satu pemilik KBIH di desanya. Setiap kali terkumpul uang yang agak banyak, sang kakek nenyetorkan uang tersebut pada pemilik KBIH.