Jamasan Tosan Aji dan Pentayuhan Pusaka 2018 di Batu, Ada Keris Terpanjang dengan Berat 10 Kg Lebih
Enam penjamas terlihat khusyuk saat menjamas benda pusaka, di kediaman Ki Sabdo Nugroho Jati.
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM - Enam penjamas terlihat khusyuk saat menjamas benda pusaka, di kediaman Ki Sabdo Nugroho Jati, Kota Batu, Selasa (11/9/2018).
Perlahan-lahan dengan sangat hati-hati, para penjamas ini mencuci benda pusaka seperti keris, tombak, pedang, dan trisula.
Benda pusaka itu dimiliki oleh beberapa orang se-Indonesia yang ikut menjamas benda pusaka dalam Penjamasan Tosan Aji dan Pentayuhan Pusaka 2018 yang tepat dilakukan pada peringatan Tahun Baru Islam 1440 H.
Kegiatan ini sudah kelima kali dan rutin diadakan setiap tahun.
• Larung Sesaji dan Risalah Doa di Telaga Ngebel Tutup Perhelatan Grebeg Suro 2018 di Ponorogo
Peserta yang ikut menjamas benda pusaka ini ada yang dari masyarakat umum, dan ada juga dari perwakilan komunitas Indonesian Blade Malang.
Sampai sore hari, ada sekitar 70 benda pusaka yang dijamas.
Dari sekian benda pusaka, ada yang terpanjang, yakni keris milik Musyrifin warga Sumenep, Madura, yang memiliki panjang sekitar 2 meter dan berat lebih dari 10 kilogram.
Lalu ada juga keris Tilam Putih tertua dengan usia 328 Masehi.
• Pertama Kali, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko Ajak Pejabat Ziarah Makam dan Pengajian
Keris tertua ini memiliki panjang 32 centimeter milik Djoko Subandi alias Ki Sabdo Nugroho Jati.
Di lain hal, satu peserta Tommy Isa Sadhana (43) mengatakan, ia menjamas lima benda pusakanya yang terdiri dari tiga keris dan dua tombak.
Tiga keris itu adalah Keris Jangkung Mangkurat, Keris Betok, dan Kebo Lajer.
Ia mengatakan mengikuti jamasan ini karena untuk melestarikan budaya dari leluhurnya.
• Akan Bermain di Kandang Persib Bandung Tanpa Aremania, Singo Edan Siap Hadapi Tekanan Bobotoh
Apalagi ia memiliki benda pusaka itu dari leluhurnya yang diwariskan kepada dirinya.
"Tujuan utama ya untuk melestarikan budaya. Selain itu juga untuk menjaga warisan benda pusaka ini yang sudah diberikan kepada saya," ujarnya.
Ia mengaku baru dua tahun mengikuti proses jamasan ini.
"Benda pusaka ini saya miliki sekitar tiga tahun lalu. Saya memaknai jamasan benda pusaka ini lebih seperti tanggung jawab, karena telah dihibahkan ke saya," ungkapnya.
• 40 DPRD Kota Malang Hasil PAW Resmi Dilantik, Gedung Dewan Tak Lagi Kosong
Koordinator Penjamasan Tosan Aji dan Pentayuhan Pusaka 2018 Wahyu Eko Purwanto mengatakan, ada beberapa tahapan jamasan benda pusaka.
Pertama, penjamas harus tahu terlebih dahulu dari pemilik benda pusaka, apakah benda pusaka itu sudah dijamas atau belum.
Hal itu perlu, agar mendapat perlakuan khusus sesuai riwayat dari benda pusaka itu.
"Apabila sudah dijamas, maka akan mendapatkan perlakuan khusus, seperti menghilangkan karat. Namun apabila belum dijamas akan melewati sampai tiga tahap penjamasan," kata Waktu.
• Kroasia Dipaksa Takluk 0-6 oleh Spanyol, Ini Hasil Lengkap UEFA Nations League Selasa (11/9/2018)
Ada tiga meja penjamasan, setiap meja penjamasan ada empat orang yang menjamas.
Tahap selanjutnya setelah dicuci lalu dikeringkan, agar tidak ada unsur yang tertinggal di benda pusaka itu.
Lalu proses terakhir diberi wewangian dengan cara dilapisi di benda pusaka itu.
"Untuk tahapan itu kami mengikuti keinginan setiap pemilik benda pusaka. Karena kan ada yang tidak ingin diberi wewangian, diberi sendiri," imbuhnya.
• Peringati Tahun Baru Islam 1440 H, Ribuan Warga Tuban Ikuti Kirab 1 Muharram
Ia menjelaskan, jamasan ini dilakukan pada 1 Suro karena dipercaya saat 1 Suro energi yang keluar lebih dahsyat.
Namun, boleh saja jamasan ini dilakukan di hari ke lima atau ke sepuluh di awal Muharram.