Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah

Kisah Dramatis Pasutri Mojokerto Selamat dari Gempa Tsunami Palu Hingga Bisa Balik Kampung Halaman

Inilah kisah dramatis pasutri asal Mojokerto yang selamat dari gempa dan tsunami Palu hingga bisa balik ke kampung halamannya.

Editor: Mujib Anwar
SURYA/DANENDRA KUSUMA
Dian dan Afif, pasutri asal Mojokerto korban selamat dari gempa Palu, saat ditemui, Rabu (3/10/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Dian Permata Sari (27) dan Nur Afif (27), pasangan suami istri asal Dusun Sambisari, Desa Kutorejo, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto adalah dua korban selamat bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) lalu.

Saat ini, setelah mengalami perjuangan panjang dan bergelut dengan trauma, mereka sudah kembali kepelukan keluarga di kampung halamannya, Mojokerto.

Saat ditemui Surya (TribunJatim Network) di kediamannya, Rabu (3/10/2018), Dian secara gamblang menceritakan detik-detik terjadinya gempa yang disusul tsunami.

Sebelum ke Palu, Ardi Kurniawan Terbang Dulu Bareng Ayah, Jafro Peraih Emas Asian Games Terus Ingat

Ia bersama suami dan seorang anaknya Rizky Wildan Maulana (8) sudah menetap di perumahan Petobo Permai, Palu selama 6 tahun.

Gempa berkekuatan besar dirasakan oleh Dian dan keluarga menjelang Shalat Maghrib. Ketika itu Dian dan Rizky sedang bersantai sambil menyantap hidangan makan sore. Sedang suaminya berada di dalam kamar.

Tiba-tiba suasana tenang berubah menjadi mencekam, ia merasakan getaran dari dalam tanah. Semakin lama, goncangan itu terasa kencang.

Ia bersama anaknya terlempar akibat goncangan. Suaminya bergegas bangun dari tempat tidur, lalu berkumpul dengan Dian dan Rizky di ruang tamu.

Jenazah Atlet Paralayang Ardi Dimakamkan di Palu, Keluarga 3 Bulan Lagi Akan Bawa Pulang ke Batu

Dia semakin panik ketika menoleh ke belakang, tembok di ruang dapur runtuh. Kaca-kaca rumah pun pecah dan berhamburan ke arah mereka. Dagu anak pertamanya itu tergores kaca.

Keluarga kecil ini semakin panik, mereka ingin bergegas ke luar rumah. Sementara, pintu utama tiba-tiba terkunci rapat. Tangan Dian yang berhasil memegang gagang pintu tak bisa membukanya, meski dihentak beberapa kali.

Selang empat menit kemudian, goncangan gempa berhenti. Pintu pun dapat terbuka. Mereka pun kaget mendapati tetangganya yang sudah berada di luar rumah berdarah-darah dibagian tangan dan kakinya.

"Sebagian rumah juga terlihat hancur, saya juga melihat ada genangan air di jalan. Saya kira itu air laut," ujarnya.

BREAKING NEWS - 175 Pengungsi Gempa Palu dan Donggala Tiba di Juanda, Ada yang Dilarikan Rumah Sakit

Tak berhenti disitu, kelegaan mereka karena berhasil keluar dari dalam rumah pun seketika sirna. Goncangan gempa kembali terjadi. Semua warga yang berkumpul di luar rumah panik berhamburan mencari perlindungan.

"Sebagian warga menyuruh kami tiarap. Tetapi kami tak mau. Suami saya mempunyai insting, bahwa kami harus lari ketempat yang lebih tinggi," katanya.

Kemudian mereka pun memilih mengambil langkah seribu. Mereka tak memperdulikan harta benda yang berada di dalam rumah. Bahkan, mereka tak memakai alas kaki ketika berlari.

Jarak antara bukit dan rumahnya sekira 10 km. Mereka menempuh waktu sekira satu setengah jam. Mereka berlari bersama 8 orang warga lain.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved