Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah

Kisah Dramatis Pasutri Mojokerto Selamat dari Gempa Tsunami Palu Hingga Bisa Balik Kampung Halaman

Inilah kisah dramatis pasutri asal Mojokerto yang selamat dari gempa dan tsunami Palu hingga bisa balik ke kampung halamannya.

Editor: Mujib Anwar
SURYA/DANENDRA KUSUMA
Dian dan Afif, pasutri asal Mojokerto korban selamat dari gempa Palu, saat ditemui, Rabu (3/10/2018). 

"Kami lari sambil berpegangan tangan, sampai anak saya terseret sangking paniknya," jelasnya.

Pamit Ortu Lagi Tanding di Palu, Atlet Internasional Paralayang Asal Kediri Putus Kontak Pasca Gempa

Setengah perjalanan, dia menengok ke arah belakang. Dia melihat ada kepulan asap serta suara yang bergemuruh. Sembari berlari suami yang berada disampingnya, mengusap kepalanya dan menenangkannya.

"Kami terus naik ke atas untuk menyelamatkan diri," ucapnya.

Akhirnya, mereka sampai di atas bukit. Dian dan suaminya memilih untuk tinggal sementara di atas bukit karena guncangan gempa masih terasa.

Tanpa penerangan dan tanpa alas tidur. Senter dari gawai adalah salah satu sumber penerangannya. Diatas bukit hanya terdengar suara klakson kendaraan yang bersahutan.

"Tak lama hape saya drop (mati). gelap gulita. Saat itu Awan mendung tak ada bintang. Kami berpegangan dan berpelukan, anak saya tidur saya dudukkan. Mata kami membelalak terus waspada. Kami tak membawa makanan, hanya mengandalkan air minum yang diberi warga lain," ungkapnya.

Cabuli Siswi Renangnya yang Masih Bocah, Perbuatan Pelatih Joko Terbongkar Berkat Secarik Kertas

Sekira pukul 05.00 pagi, dari arah utara ada beberapa orang yang sekujur tubuhnya di penuhi lumpur berjalan dihadapan mereka. Ketiga orang itu semakin takut. Rupanya, desa yang berada di atas bukit dari tempat mereka berlindung terbenam lumpur.

"Itu wilayah Sigi. Bukan terkena tsunami tetapi rumah di sana porak poranda diterjang lumpur (likuifaksi)," timpal Afif.

Mereka memutuskan untuk turun menuju ke Karaja Lemba karena takut lumpur akan menerjang tempatnya berlindung. "Saya mendapat informasi kalau di titik amannya berada Karaja Lemba. Kami pun ke sana," terangnya.

Mereka juga mendapatkan informasi dari keluarga yang berada di Mojokerto, bahwa ada pesawat Hercules datang ke Palu dengan tujuan selanjutnya ke Makassar.

"Kami pun berjalan ke bandara Mutiara Sis Al-Jufrie. Kami sampai di bandara pukul 10.30," urainya.

Paksa Anak Tetangga Mengemis di Depan RSUD dr Soebandi Jember, Pria ini Juga Ancam Bunuh si Bocah

Selanjutnya, pembicaraan sempat terhenti sejenak. Mata Dian menatap ke arah sudut atas rumah dan berkaca-kaca. Kemudian, Dian menghela nafas panjang lantas melanjutkan cerita sambil terisak-isak.

Ia menceritakan, sesampainya di pintu gerbang bandara, mereka dilarang masuk. Dian berusaha memberikan penjelasan kepada petugas penjagaan.

"Saya bilang ke penjaga, saya punya anak kecil anak saya kasihan, bapak punya anak kecil kan, bagaimana kalau semisal diposisi saya?," Paparnya.

Para penjaga sontak luluh, Dian dan Rizky diperbolehkan masuk dan mendata diri mereka. Sedang Afif tak diperbolehkan masuk.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved