Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ribuan Anak Berkebutuhan Khusus Peringati World Cerebral Palsy Day, Kipas Batik Jadi yang Terbaik

Kipas Batik menjadi yang terbaik, saat ribuan Anak Berkebutuhan Khusus memperingati World Cerebral Palsy Day di Surabaya.

Penulis: Delya Octovie | Editor: Mujib Anwar
SURYA/DELYA OCTAVIE
Dari kiri: Ma'rufah dan Ririn Restuningati, bersama anaknya, Rahman Dwi Andhika (8) dan Ganes Cetta Nareswari (5). Keduanya merupakan rekan satu tim dari Yayasan Peduli Cerebral Palsy (YPCP) Surabaya, yang berhasil menyabet gelar 'The Best' untuk karya lampion mereka. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Mata Lilik Dyah Utami memerah dan berkaca-kaca. Tangisnya tak tertahan begitu mendengar anak didiknya, Novita Agisti Arwin Cahyaningrum (10) mendapat gelar ‘The Best’ untuk karya kipas batiknya.

“Kami tidak menduga. Ya rezeki dari sana. Mamanya ini suka sodaqoh. Saya mbebes mili,” ujarnya sambil mengusap air mata.

Tangisannya makin keras ketika MC mengumumkan Novita mendapat polis asuransi sebesar Rp 20 juta dari SEQUIS.

Lilik adalah satu di antara guru SDN Margorejo 3 Surabaya yang mendampingi muridnya dalam acara ‘700 Anak Cerebral Palsy Membatik Surabaya’, yang digelar Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya, dan didukung oleh SEQUIS serta Yayasan Anne Avantie, di Kebun Bibit Surabaya, Minggu (7/10/2018).

Dalam acara ini, anak-anak diajak melukis di atas kipas, lampion dan payung.

Ia, kakak dan ibu Novita, Asih Winedar (50), bersama-sama mendampingi anak pengidap cerebral palsy tersebut, ketika ia mengarsir motif kipas.

“Saya bilang, lepas saja, biarkan anaknya yang menggambar. Memang kemampuan Novita sudah bagus, tetapi karena tangannya sulit, harus dimotivasi. Tetapi dia lumayan kok, bisa menyerap pelajaran kalau di sekolah,” tuturnya.

Satu lagi tim lainnya yang berhasil meraih titel ‘The Best’, namun dalam kategori lomba yang berbeda.

Ialah tim dari Yayasan Peduli Cerebral Palsy (YPCP) Surabaya, yang terdiri dari Rahman Dwi Andhika (8) dan Ganes Cetta Nareswari (5).

Mereka menyabet ‘The Best’ untuk kaya lampion mereka.

“Bersyukur, alhamdulillah, kami tidak menyangka. Bersyukur, mereka bisa membuat lampion ini. Mereka memang spesial, jadi memang ada tantangan lebih ketika membuat,” ucap Ririn Restuningati, ibu Ganes.

Selama proses mewarnai lampion, ia terus memegangi tangan anaknya, dan membiarkan ia mengarsir.

Meski sulit, hasil tim nomor 54 ini ia sebut memuaskan.

Empat sisi lampion behasil mereka warnai dengan cantik dan rapi.

Ia pun berharap, lebih banyak diadakan acara sejenis namun dengan lomba-lomba yang lebih menarik lagi.

“Anak-anak ini kan kalau diajak kumpul orang banyak senang,” imbuhnya.

Iis Hendro, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya, mengaku senang bisa memperingati World Cerebral Palsy Day yang jatuh pada 6 Oktober 2018 kemarin, lewat acara ini.

Bahkan, peserta yang dalam judul acara disebut ada 700, bertambah menjadi 1500 anak dari 52 sekolah dasar.

300 anak pengidap cerebral palsy, sedangkan sisanya disebut sebagai sahabat cerebral palsy, yakni pengidap down syndrome, autisme, ADHD, dan lain-lain.

“Harapannya agar masyarakat sadar, utamanya dengan anak-anak yang terlahir dengan gangguan tumbuh kembang. Sebenarnya mereka sempurna, sangat beharga, bisa dimaksimalkan potensinya,” tegasnya. (Delya Oktavie)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved