Ratna Sari Dewi Cium Aroma Soekarno Saat Haul Sang Proklamator, Rachmawati Ungkap yang Terjadi
Saat haul Bung Karno tahun 2001, Ratna Sari Dewi tiba-tiba mencium aroma Soekarno, apa yang sebenarnya terjadi?
Penulis: Januar AS | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM - Bagi masyarakat Indonesia, Soekarno atau Bung Karno, tak hanya sebagai seorang presiden.
Sebab, Soekarno juga merupakan seorang proklamator.
Sehingga, tak heran saat meninggal dunia pada 21 Juni 1970 lalu, Soekarno meninggalkan luka yang dalam bagi bangsa Indonesia.
Tidak mengherankan masyarakat pun berusaha mengenang Soekarno melalui berbagai kegiatan.
• Saat Jadi Presiden, Soeharto Ramal Kondisi Indonesia pada Abad 21, Pengamat: Ramalan Soeharto Benar
Tujuannya, untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa Soekarno.
Satu di antara cara yang dilakukan untuk mengenang Soekarno adalah mengadakan haul Bung Karno.
Itu seperti yang terjadi pada tahun 2001 lalu.
Saat itu, haul Bung Karno diadakan di Blitar yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan Soekarno.
• Amien Rais Desak Jokowi Copot Tito Karnavian, Yusril Sebut Mengada-ada: Beda dengan Desakan Saya
Yayasan tersebut dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri.
Dalam buku "Sisi Lain Istana, Dari Zaman Bung Karno sampai SBY", karangan J Osdar, selain Rachmawati, haul tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh.

Di antaranya Presiden RI saat itu, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, serta Ratna Sari Dewi yang merupakan mantan istri Soekarno.
Siang harinya, sebelum acara dimulai, Rachmawati dan Ratna Sari Dewi berada di sebuah penginapan bersama beberapa orang lainnya.
• Harga BBM Naik, Pengamat Yakin Tak Akan Ganggu Masyarakat Menengah Bawah: Segmennya kan Sudah Beda
Namun, Ratna yang saat itu sudah berusia 61 tahun, rupanya masih berjalan lincah kian kemari.
Ratna kala itu mengendus-endus hidungnya, dan berusaha menghirup udara.
Dia kemudian mengaku menciup aroma Soekarno.
"Saya mencium aroma Bapak," tulis Osdar menirukan ucapan Ratna saat itu, dan menganggap aroma yang dicium oleh Ratna adalah aroma Soekarno.
• DPD RI Punya Kewenangan dan Tugas Baru, Sekjen APHTN-HAN Berikan Saran ini
Rachmawati kemudian menanggapinya, dan mengatakan sesuatu.
"Mungkin Bu Dewi mencium aroma parfum Shalimar yang sering dipakai Bung Karno tatkala masih hidup," jawab Rachmawati.

Beni Sumarno yang merupakan suami Rachmawati kemudian mengatakan sesuatu.
"Saya pakai sedikit tadi pagi, dan sekarang aromanya sudah hilang," kata Beni.
• Mengintip Potret Kartika Sary, Adik Yuni Shara dan Krisdayanti yang Jarang Terekspos
Selanjutnya, seorang wartawan yang juga ikut dalam pertemuan itu mengajak Beni ke kamar hotelnya.
Di kamar itu, sang wartawan menyemprotkan parfum Shalimar ke sekujur tubuhnya.
Sang wartawan kemudian mendekati Ratna yang sedang asyik ngobrol dengan Rachmawati.
Namun, saat itu Dewi tidak bereaksi ketika sang wartawan mendekat lebih rapat lagi.
• KPK Terus Obok-obok Pemkab Malang, Bupati Rendra Kresna Kian Pasrah, Begini Pengakuan Blak-blakannya
"Apakah Ibu Dewi tidak merasakan aroma parfum saya?" tanya wartawan tersebut.
Mendapatkan pertanyaan itu, Dewi pun menjawabnya.
"Oh, tidak, tidak, saya tidak bau apa-apa," jawab Dewi.
• Update Perubahan Jadwal, Ini Tanggal Maksimal Pengiriman Berkas Pendaftaran CPNS 2018 di Kemendikbud
Sosok Istri yang Temani Seokarno di Akhir Hayat
Di akhir hayatnya, Soekarno hanya ditemani oleh satu orang istrinya.
Seperti yang diketahui, Seokarno memiliki banyak istri semasa hidupnya.
Beberapa deretan nama perempuan tercatat dalam sejarah sebagai istri Bung Karno.
Mulai dari Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Haryati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Yurike Sanger dan Heldy Djafar.
Namun, hanya ada satu orang yang setia menemani Soekarno di akhir hayatnya.
Ia adalah Hartini.
Soekarno dan Hartini menikah di Istana Cipanas pada 7 Juli 1953.
Beberapa tahun setelah menikah, tepatnya pada 1964 Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor.
Dikutip dari Grid.id, Hartini Soekarno kemudian dikenal sebagai salah satu wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno.
Ia juga tetap mempertahankan status pernikahannya sampai ajal menjemput Soekarno.
Dan ternyata, di pangkuan Hartinilah Bung Karno menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970.
Heldy, cinta terakhir Soekarno
Suatu pagi yang panas di tahun 1957, di sebuah rumah besar di Jalan Mangkurawang 9, Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, Heldy, gadis kecil berusia 10 tahun, menangis meraung-raung gara-gara tak diajak kakak-kakak nya ke Samarinda.
Hari itu, Presiden Soekarno berpidato di alun-alun Samarinda.
Sang kakak tak mengizinkan Heldy pergi karena selain perjalanan ke Samarinda hanya bisa dengan kapal menyusuri Sungai Mahakam selama dua jam, suasana akan sangat ramai setiap kali Presiden Soekarno berpidato.
Maka Heldy hanya bisa mendengarkan pidato Bung Karno di radio. Bagi Heldy, yang penting bukanlah isi pidato, melainkan kebesaran dan ketokohan sosok yang fotonya banyak terpasang di dinding rumah orang tuanya itu.