Kereta Gantung akan Jadi Transportasi Baru di Kota Batu, Begini Tanggapan Pakar Transportasi
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko mengatakan, kereta gantung bakal jadi alat transportasi untuk memecah kemacetan.
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM, BATU - Tahun 2020 nanti, Kota Batu kehadiran alat transportasi baru, yaitu kereta gantung.
Program pembangunan kereta gantung ini sudah direncanakan sejak kepemimpinan Wali Kota Batu sebelumnya, namun belum terealisasi.
Tahun 2020 ini, kereta gantung akan direalisasikan dengan menggandeng pihak investor yang siap mengeluarkan anggaran sebesar Rp 1 miliar.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko mengatakan, kereta gantung ini bakal jadi alat transportasi.
• KPU Kota Batu Mulai Lipat Surat Suara Pemilu 2019, 280 Lembar Ditemukan Rusak
"Untuk memecah kemacetan, jadi wisatawan bisa menggunakan kereta gantung ini sesuai tujuannya di Kota Batu," kata Dewanti Rumpoko, Selasa (19/2/2019).
Pembangunan ini bakal dilakukan dua tahap, tahap pertama sekitar 8 kilometer dengan stasiun pertama ada di Desa Pendem karena pintu masuk pertama masuk ke Kota Batu.
Karena masih 8 kilometer, jadi masih sampai sekitar Panderman Hill di Desa Oro-oro ombo.
Sementara itu, ada tiga stasiun pemberhentian, di Desa Tlekung, Desa Oro-oro Ombo, dan di sekitar Panderman Hill, dengan rute pulang pergi.
• Hujan Disertai Angin Kencang, 5 Mobil dan 8 Motor Tertimpa Pohon Tumbang di Kota Malang
"Nah, tahap dua diteruskan sampai Alun-alun Batu, terus ke Selecta di Kecamatan Bumiaji. Anggarannya kami gandeng investor dari lokal aja di Kota Batu," imbuhnya.
Bahkan kereta gantung ini juga bisa melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang dan menjadi satu paket wisata transportasi.
Dewanti Rumpoko mengaku senang akhirnya program ini bisa segera terwujud.
Karena menurutnya bisa meningkatkan jumlah wisatawan serta memberikan layanan kepada wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu.
• Arema FC Vs Persib, Miliki Motivasi Lebih Jamu Maung Bandung, Singo Edan Targetkan Menang di Kandang
Kereta gantung itu didatangkan dari Austria dan memuat sekitar 18 orang.
Untuk tiketnya sekitar Rp 50 ribu bagi masyarakat umum dan wisatawan, sedangkan untuk warga Kota Batu bisa diskon 30 persen.
Pembangunan kereta gantung ini menurut pakar transportasi diakui sangat bagus.
Namun Pakar Transportasi Universitas Brawijaya Malang, Prof Ludfi Djakfar mengatakan, kereta itu bagus sebagai kereta wisata saja.
• Pasca Erupsi Gunung Bromo, Bandara Abdulrachman Saleh Malang Tetap Beroperasi
"Tapi bukan untuk pemecah masalah kemacetan, karena akan sulit mengimbangi moda transportasi umum," kata Ludfi.
Jika ingin memecah kemacetan, menurutnya Kota Batu membutuhkan pengembangan jaringan jalan baru atau memiliki manajemen lalu lintas dan sistem transportasi terpadu antara tiga daerah.
"Antara Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang harus sejalan untuk memperbaiki lalu lintas. Kereta gantung itu sulit jika dijadikan alat transportasi," ungkapnya.
Begitu juga yang diungkapkan oleh Ketua Angkutan 9 Jalur Kota Batu, Heri Junaedi.
• Tidak Ada Libur, Pulang dari Kandang Persib Bandung, Arema FC Langsung Gelar Latihan di Gajayana
Ia mewakili sopir angkutan umum Kota Batu menilai, adanya kereta gantung nanti sangat bagus.
Hanya jangan sampai kereta gantung itu mengambil alih porsi sopir angkot di Kota Batu, khususnya sembilan jalur angkutan yang jumlahnya ada 350 unit.
"Kalau melewati jalan besar tidak apa-apa, nanti wisatawan tetap diantar ke tempat wisata pakai angkutan umum," kata Heri.
• 12 Gempa Susulan Terjadi setelah Malang Diguncang Gempa Bumi Magnitudo 5,6
Ia tidak ingin adanya kereta gantung ini memberikan batas bagi angkutan umum, karena akan merugikan mereka.
Sejauh ini mereka masih belum diajak berbicara terkait rencana pembangunan kereta gantung ini.
"Biasanya kami selalu dilibatkan. Ya usul kami seperti tadi itu, jangan sampai merugikan kita," pungkasnya. (Surya/Sany Eka)
Yuk Subscribe YouTube Channel TribunJatim.com: