Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sebut NU Tinggal Fosil Jika Ma'ruf Amin Kalah, BPP Prabowo Jatim: Provokatif & Pecah Belah Umat

Pengasuh Ponpes Al Amin Sebut NU Tinggal Fosil Jika Ma'ruf Amin Kalah, BPP Prabowo Jatim: Provokatif & Pecah Belah Umat

TRIBUNJATIM.COM/ADENG SEPTI IRAWAN
Ketua Harian BPP Prabowo-Sandi Jatim, Anwar Sadad 

Anwar Sadad juga menilai KH Anwar Iskandar bersikap naif dengan menyatakan jika paslon 01 kalah maka tidak akan ada lagi tahlil dan zikir di Istana Negara.

"Ini a-historis. Memangnya sejak kapan tahlil dan zikir bergantung pada kekuasaan? Tahlil dipraktikkan oleh umat Islam di nusantara ini sejak Indonesia belum lahir," tegas Sadad kembali.

"Sedangkan zikir di Istana oleh para ulama pada dasarnya bukan tradisi yang lazim dipraktikkan oleh ulama salaf. Keterangan tentang hal itu dengan mudah kita jumpai dalam kitab-kitab kuning yang dipelajari di pesantren. Saya yakin Kiai Anwar mengerti itu." urai Sekretaris DPD Gerindra Jatim ini.

Sadad menegaskan bahwa perbedaan pilihan politik warga NU dalam pilpres ini tak terelakkan lagi. Seharusnya, masing-masing tim pemenangan memberikan pencerahan kepada umat, bukan provokasi umat.

"Politik adalah instrumen untuk merebut kekuasaan, dan kekuasaan sebagaimana termaktub dalam teks al-kutub al-mu’rabarah (kitab-kitab yang autentik) musti diorientasikan untuk ‘menjaga’ Agama (hirāsat al-dīn) dan ‘mengelola’ kepentingan dunia (siyāsat al-dunyā).

Mestinya kita sepakati untuk menjaga kualitas demokrasi sebagai hi-politics, bukan politik murahan yang dipenuhi omong kosong dan provokasi," pungkas Sadad.

Untuk Diketahui, beredar video Kiai Anwar Iskandar sedang melakukan ceramah berada di hadapan jemaah. Kiai Anwar memberikan penjelasan panjang soal alasan memilih Jokowi-Ma'ruf.

Di antaranya, untuk mengantisipasi berkembangnya berbagai paham yang menentang ide gagasan NU. "...Sesuatu yang bid'ah, musrik, yang taghud, dan lain sebagainya. Dan mereka ini akan membuat sebuah kekuatan," kata Kiai Anwar.

"Yang apabila terjadi, maka akan menjadikan Islam mainstream seperti NU dan pesantren hanya akan menjadi fosil di masa depan," kata Kiai Anwar menegaskan.

Menurutnya, berbagai program keberpihakan terhadap pesantren di pemerintahan Jokowi selama ini tidak akan dilanjutkan andai Jokowi-Ma'ruf gagal di pilpres.

"Jangan berpikir masih ada tahlil. Jangan berpikir masih ada dzikir di istana. Jangan berpikir masih ada hari santri kalau sampai Kiai Ma'ruf kalah," yang lantas dijawab Naudubillah Hamindalik, oleh peserta pertemuan.

"Sampean semua masih ingin hari santri? Masih ingin dzikir berkumandang di istana? Masih ingin budaya Nahdlatul Ulama dan ahlusunnah terus berkembang di Indonesia?," tanya Kiai Anwar yang lantas dijawab "masih" oleh para jemaah.

"Jawabnya hanya satu. Kalau ingin semuanya masih, 17 April yang akan datang semua kita ajak untuk memilih Kiai Ma'ruf," lanjut Kiai Anwar.

Kiai Awar menyebut memilih Kiai Ma'ruf merupakan satu-satunya jalan untuk bisa menjaga keberadaan NU.

"Itu adalah jawaban. Itu adalah jawaban bagaimana menyelematkan ahlusunnah waljamaah dan bagaimana menyelematkan Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved