Sukahar Kusmin, Perajin Asal Kediri Ini Sulap Botol Miras dan Gilingan Kopi Jadi Lampu Hias Antik
Bahan limbah dari besi bekas penggilingan kopi di tangan Sukahar Kusmin, perajin kreatif dapat disulap menjadi lampu hias antik.
Penulis: Didik Mashudi | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Bahan limbah dari besi bekas penggilingan kopi di tangan Sukahar Kusmin, perajin kreatif dapat disulap menjadi lampu hias antik.
Demikian pula bekas botol minuman keras (miras) juga dapat dimanfaat untuk lampu hias model tempoe doloe.
Lampu penerangan teplok dengan bahan bakar minyak tanah saat ini telah menjadi barang antik yang langka.
Semenjak pemerintah mengkonversi minyak tanah dengan tabung gas elpiji, sudah tidak terlihat lagi lampu penerangan teplok.
• Lama Vakum, Aktris Shin Min Ah Dikonfirmasi Akan Bintangi Drama Baru JTBC Bersama Lee Jung Jae
• Nia Ramadhani Panik Diminta Tebak Nama Sayuran, Tak Mau Pegang hingga Teriak-teriak Panggil Asisten!
Namun di tangan Sukahar Kusmin dapat menghadirkan kembali sejenis lampu teplok antik.
Bedanya daya penerangnya bukan lagi dari minyak tanah tapi dari stroom listrik.
Dengan memanfaatkan lampu dop 5 watt dan kaca penerang lampu teplok, Sukahar seperti menghadirkan lagi nuansa lampu teplok zaman dulu.
Kendala membuat lampu antik ini sempat kesulitan mencari kaca lampu teplok.
Karena saat ini sudah jarang toko yang menjualnya.
Lampu penerangan antik yang dibuat Sukahar semuanya memanfaatkan dari bahan bekas yang banyak dijual di pasar loak.
Hampir seluruh bahan yang dipakai untuk kerajinan lampu antik ini berasal dari bahan limbah.
"Kayunya dari kayu jati. Kami memanfaatkan kayu bekas gawang di pabrik PT Gudang Garam yang sudah tidak terpakai lagi untuk hiasan," ungkapnya.
Untuk lampu hias dari bekas gilingan kopi dijual Rp 250.000.
Sementara lampu antik dari bekas botol miras dijual Rp 300.000.
Semua lampu hias antik hasil karyanya dibuat dengan latar ukiran kayu yang artistik.
• Gempa di Kediri-Nganjuk Belum Ada Laporan Kerusakan
Lampu ini dipasang dengan cara ditempelkan di dinding tembok atau kayu.
Untuk lampu hias dari botol miras, Sukahar sengaja tidak mencopot label merk miras yang ada di botol. Justru dengan label miras semakin membuatnya artistik.
"Botolnya ada yang bening, coklat, merah dan hijau," tambahnya.
Sukahar juga memanfaatkan kayu limbah untuk membuat seni pahat kayu relief.
Karyanya dijual bervariasi di kisaran Rp 700.000 sampai Rp 3 jutaan.
Salah satu karyanya relief kayu yang dibuatnya menceritakan legenda tangan Raden Papak.
Dari mitos yang diketahui, Raden Papak merupakan salah satu bangsawan yang memiliki jari-jemari yang rata atau papak.
"Makam Raden Papak ini ada Kabupaten Kediri," ujarnya.
• Ashanty Pangku Kedua Anaknya, Potret Asisten di Sebelahnya Jadi Sorotan, Istri Anang Banjir Pujian
• Foto-foto Cavin Obient, Putra Yuni Shara, Disebut Mirip Tokoh Dilan yang Diperankan Iqbaal Ramadhan
Ada juga relief ukiran dengan tema cerita legenda Keong Mas yang dibuat di papan kayu jati.
Karya relief ini ditawarkan dijual Rp 700.000.
Diakui membuat kerajinan lampu antik dari bahan limbah awalnya sempat mengalami kesulitan.
Karena untuk memotong bekas botol miras ada tingkat kesulitannya.
"Kami memakai pemotong kaca. Saat memotong juga harus hati-hati supaya tidak pecah," jelasnya.
Sudah sekitar 3 tahun Sukahar yang tinggal di Perumahan Permata Biru, Kelurahan Pakunden, Kota Kediri menekuni membuat barang seni berupa lampu hias antik dan relief kayu.
Hasil karyanya telah banyak menghiasi dinding cafe dan rumah kolektor penggemar barang. (Surya/Didik Mashudi)