Antarkan Stapac Juara IBL 2019, Abraham Damar Ceritakan Masa Kecilnya Main Basket di Bangka Belitung
Melawan Satria Muda Pertamina Jakarta, Abraham Damar dan timnya menangkan dua laga final, dan selamatkan Stapac dari Paceklik gelar
Penulis: Hefty Suud | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hefty's Suud
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Abraham Damar Grahita, berhasil mengantarkan timnya, Stapac Jakarta menjuarai liga basket IBL 2019.
Melawan Satria Muda Pertamina Jakarta, Abraham dan timnya memenangkan dua laga final dengan skor 79-68 dan 74-56. Torehan ini juga menyudahi paceklik gelar Stapac Jakarta selama lima tahun.
Tak hanya menuntaskan puasa gelar, Abraham juga memiliki torehan yang tak kalah bagus.
Di musim ini, pemain berusia 23 tahun dari Bangka Belitung ini menorehkan 174 poin, 54 total rebounds, 22 steals, serta 68 assists dari total 23 laga bersama Stapac Jakarta, musim ini.
(Intip Potret Sitha Marino, Adik Putri Marino yang Jago Basket, Gak Kalah Cantik dari Sang Kakak!)
(Pilih Abraham Damar Grahita, DBL Indonesia dan Ardiles Rilis AD1, Signature Shoes Pertama)
Berdasarkan rilis yang diterima Senin (25/3/2019), Bram disebut mengantongi sejumlah prestasi sepanjang karirnya.
Pada musim 2017 lalu, ia menyabet predikat Most Improved Player IBL 2017.
Pria yang akrab disapa Bram ini juga mengantarkan Indonesia meraih gold medal pada SEABA Championship 2018.
Bersama Timnas Basket Indonesia, Bram ikut mempersembahkan medali perak di SEA Games 2017 di Malaysia.
Dia juga menjadi andalan di Asian Games 2018 lalu di Jakarta.
Meski begitu, Bram tampaknya bukan sosok kacang yang lupa pada kulitnya. Ia mengaku selalu ingat bagaimana dan seperti apa perjuangannya sebelum sampai disini.
“Di Bangka, basket menjadi olahraga yang dimainkan di kampung. Sama seperti sepak bola di Indonesia," ucap Bram
"Kita memiliki keterbatasan dalam berlatih dan bermain. Tak hanya lapangan yang kurang memadai, sepatu juga menjadi kendala kami dalam bermain basket,” ujarnya.
(Konsep Family Festival yang Diusung Junior DBL Berhasil Naikkan Antusiasme Masyarakat pada Basket)
Di Bangka Belitung, lapangan yang digunakan sebagai bermain harian bukanlah lapangan beralaskan kayu atau lantai khusus untuk olahraga.
Hanya ada lapangan yang dibuat dengan cor semen dan beton. Sehingga, salah jatuh bisa sangat fatal.
Menurut Bram, sepatu juga menjadi salah satu kendala yang ada di sana.
Anak-anak kerap bermain basket tanpa alas kaki karena harga sepatu yang mahal dan susah didapat.
“Bahkan, sepatu basket itu hanya dipakai kalau pertandingan saja. Kalau main atau latihan harian lebih sering bermain tanpa alas kaki,” tambahnya.
Kini, kerja keras yang dilakukan Bram membuahkan hasil. Tak hanya membawa timnya juara, Bram juga mendapatkan signature shoes-nya sendiri.
Dia jadi pebasket pertama di Indonesia yang punya signature shoes, yaitu AD 1 dari DBL Indonesia dan Ardiles.
“Saya cuman anak dari Bangka. Kotanya kecil. Nggak ada fasilitas latihan basket yang layak. Tapi saya bisa. Kalau saya bisa, siapapun pasti bisa. Asalkan ada niat dan kerja keras,” ujar Bram.
(Erlita - Erlina, Saudara Kembar yang Disorot dalam Junior DBL East Java Series 2018-2019)
(Kontrol Konfidensi dan Ego Pemain Jadi Pelajaran Berharga Tim Honda DBL Indonesia All Star di AS)