Fakta Potensi Terjadinya Gempa Bumi di Malang Raya, Berikut Penjelasan Pengamat dan Antisipasinya
BPBD Kota Malang telah memberikan tanggapan soal potensi gempa bumi yang akan melanda Kota Malang.
Penulis: Rifki Edgar | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang telah memberikan tanggapan soal potensi gempa bumi yang akan melanda Kota Malang.
Isu adanya gempa bumi yang melanda Kota Malang khusunya Malang Raya memang telah santer terdengar sejak beberapa bulan yang lalu.
Berdasarkan pemetaan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan, adanya potensi bencana geologi di Malang Raya.
Dari riset yang mereka sebutkan itu, skala kekuatan intensitas gempa bisa mencapai 4-5 magnitudo.
• Viral Foto Sampah Bungkus Plastik Mie Instan di Pantai Malang, 19 Tahun Terombang-ambing di Laut
• Kecelakaan Beruntun di Kediri-Tulungagung Sebabkan Satu Orang Tewas, Libatkan Anak di Bawah Umur
• Kronologi Motor Suzuki Thunder Terbakar di SPBU Demakan Bojonegoro, Petugas Damkar Langsung Sigap
Dalam studi lainnya, juga menemukan adanya tiga pertemuan sesar aktif di bawah bumi Jawa Timur.
Hal ini menunjukkan tingkat kerawanan bencana khususnya gempa bumi tektonik patut mendapat perhatian serius.
Sekretaris BPBD Kota Malang, Tri Oky mengatakan, informasi ini cukup mengagetkan, karena selama ini warga Kota Malang tidak menyadari adanya potensi gempa di wilayahnya.
Menurutnya, masyarakat umum hanya mengetahui kalau potensi gempa lebih sering terjadi di selatan laut Jawa dan di area sekitar gunung berapi.
“Ternyata di bawah Bumi Arema yang kita pijak, tersimpan potensi gempa akibat perpanjangan sesar aktif di wilayah Bojonegoro dan Sidoarjo. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus bagi kami,” terang Oky.
Sebagai institusi penyelenggara penanggulangan bencana, BPBD Kota Malang berkomitmen untuk memberikan pengetahuan dan edukasi kebencanaan.
Hal ini diprioritaskan sebagai bentuk upaya meminimalkan risiko bencana.
• Fakta Terbaru Guru Honorer yang Dimutilasi dalam Koper di Kabupaten Blitar Dimakamkan Tanpa Kepala
• FAKTA TERBARU Kasus Mayat Tanpa Kepala, Terbongkar Chat WA Terakhir Si Guru hingga Bawa Banyak Uang
• TERUNGKAP Dalang di Balik Pembunuhan Pria di Pasar Gadang, Sebagian Pelakunya Masih di Bawah Umur
Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh BPBD Kota Malang ialah meningkat kerjasama dengan BPBD se-Malang Raya.
"Upaya itu akan kami lakukan, salah satunya dengan memberi pemahaman gempa kepada masyarakat luas," ujarnya.
Tak hanya itu, BPBD Kota Malang tahun ini juga berencana membangun sistem pantauan getaran gempa di Kota Malang.
Alat tersebut berana Seismometer yang akan mencatat setiap gerakan lempeng bumi baik yang kecil hingga besar.
"Yang lebih penting lagi bagaimana menyiapkan budaya masyarakat yang tanggap dan tangguh serta sadar bencana. Dengan demikian sebesar apapun ancaman bencananya, masyarakat sudah siap menghadapinya," ujarnya
Sementara itu, analis bencana BPBD Kota Malang, Mahfuzi mengatakan, bahwa provinsi Jawa Timur termasuk wilayah langganan gempa.
Untuk di Malang Raya, gempa pernah terjadi pada 19 Februari 1967 dan menyebabkan kerusakan parah di Dampit.
Sekitar 1.539 rumah rusak, 14 orang tewas, 72 orang luka-luka.
Sementara di Gondanglegi terdapat 9 orang tewas, 49 orang luka-luka, 119 bangunan roboh, 402 retak dan 5 masjid rusak.
Saat itu skala intensitas gempa diperkirakan sebesar 7-11 skala richter
“Sebelumnya gempa juga terjadi di Malang pada 20 Nopember 1958 dengan skala intensitas gempa mencapai 7-8 skala richter. Akibat gempa terjadi banyak retakan pada bangunan, tanah, dan adanya korban jiwa,” ucapnya.
Pada kesempatan lain, Pakar Geosains Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Amien Widodo menyebut bahwa, wilayah Malang Raya memang rawan potensi gempa bumi dan bencana alam.
Untuk itu, dalam menyikapi kasus bencana yang rawan terjadi, Amien ingin bekerjasama kepada semua pihak untuk membangun literasi kebencanaan agar semua orang menjadi sadar.
Dengan hal itu, masyarakat bisa mengantisipasi sejak dini potensi bencana dan bisa lebih waspada.
"Potensi munculnya gempa bumi itu tidak ada yang tahu, bisa sewaktu-waktu gempa itu datang. Jadi kalau ada orang itu baru ada bencana, kalau tidak ada orang, gunung meletus, gempa bumi ya tidak ada masalah, karena itu siklus," tandasnya.