Dies Natalis Polinema Malang, Perlu Transformasi Pendidikan Tinggi Di Akuntansi
Dies Natalis Politeknik Negeri Malang (Polinema) ke 37 diisi orasi ilmiah dari dua dosen Polinema, Senin (8/4/2019) di Graha Polinema.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Rapat terbuka senat dalam rangka Dies Natalis Politeknik Negeri Malang (Polinema) ke 37 diisi orasi ilmiah dari dua dosen Polinema, Senin (8/4/2019) di Graha Polinema.
Dosen Akuntansi Polinema, Dr Nurafni Eltivia MSA Ak CFPR CA CSRS CSRA mengangkat orasi ilmiah "Transformasi Pendidikan Tinggi Akuntansi Dengan Education 4.0".
"Saat ini, perkembangan cepat karena TI. Sehingga tak ada kepastian pada tenaga kerja yang dibutuhkan. Bagi peserta didik dan pendidik," papar Nurafni kepada Tribunjatim.com.
Karena itu diperlukan transformasi pendidikan tinggi di bidang akuntansi.
"Mahasiswa harus jadi orang yang dinamis karena perubahan terjadi dengan cepat. Jika pendidik sudah open minded maka begitu juga dengan mahasiswa," katanga.
Terkait metode pembelajarannya di era ini, maka perlu perubahan kurikukulum.
"Jika pembelajaran kurang mendukung dengan kondisi terkini, maka lulusan siap kerja hanya diawang-awang," jelasnya kepada Tribunjatim.com.
• Forum Alumni Kampus dan SMA Pendukung Jokowi Minta Masyarakat Surabaya Tak Golput
• Viral Panggilan Sayang Reino Barack ke Syahrini di Hadapan Jamaah Pengajian, Ramai Disoraki Penonton
• VIRAL Orasi Prabowo Berapi Api Mikrofon Sampai Terlempar, Lihat Cara Ajudan & Amien Rais Menenangkan
Karena itu perlu forecasting dengan lewat fokus grup diskusi terbatas dengan alumni, user apa yang dibutuhkan lima sampai 10 tahun mendatang.
Karena perubahan dan inovasi yang berlangsung cepat, maka metode pembelajaran turut juga bertransformasi di era 4.0.
Di sisi lain, dosen masih banyak mengajar konvensional. Hal ini menimbulkan praktik dan pendidikan akuntansi akan menimbulkan kesenjangan.
"Jika siap bersaing, maka teknologi harus dibiasakan di kelas agar siap bekerja nantinya. Antara teknologi informasi dan pendidikan akuntansi bisa bersinergi," kata Nurafni. Dijelaskan, mahasiswa berbeda generasi dengan pendidiknya, baik dari cara interaksi dan komunikasi. Jika IT dimasukkan, maka mahasiswa lebih merasa nyaman. Sebab pendidikan perlu merefleksikan kondisi terkini.
Karena itu perlu evaluasi kurikulumnya. Termasuk juga penggunaan kecakapan buatan bisa diadopsi dalam sistem pembelajaran akuntansi sesuai dengan karakter mahasiswa yang merupakan generasi Z.
Namun mahasiswa tak hanya diberi hardskills. Tapi juga soft skills. Keduanya dibutuhkan. Tapi dengan soft skills nya, lulusan akan mampu bertahan dalam kondisi itu.
Sedang Dr Budy Setyawan BSEET MT, dosen Polinema dalam orasi ilmiahnya mengangjat "Polinema Dalam Riset Energi Surya Dan Bayu Untuk Propulasi Kapal Di Era 4.0".
Dijelaskan energi surya dan bayu di Indonesia sangat besar dan belum tereksplorasi. Potensi energi surya lautan sebesar 5,8 juta km2. Sedang energi bayu juga masih masif. Contohnya kecepatan angin di Laut Jawa sebagai pusat lautan antar pulau bisa mencapai 2,5m/s hingga 6,1m/s rata-rata.
Sedang laut selatan Jawa malah lebih besar lagi. Dengan potensi yang ada, di era teknologi 4.0 dan canangan pemerintah RI akan Making Indonesia 4.0 perlu ditindaklanjuti semua pihak. Data di Kementrian Perindustrian yang disampaikan di Batam pada 7 November 2018, ada 10 prioritas Making Indonesia 4.0.
Antara lain energi terbarukan. Dalam hal ini pemanfaatan energi surya dan bayu untuk propulsi kapal. Sehingga permasalahan energi transportasi laut dan berlimpahnya energi surya dan bayu bisa dimanfaatkan.
Apalagi transportasi antar pulau di Indonesia kebanyakan mengandalkan kapal. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki 17.499 pulau. Untuk itu perguruan tinggi, industri dan pemerintah bisa sinergi.
Pemerintah diperlukan untuk menentukan kebijakan pemanfaatan energi surya dan bayu oleh kapal agar efisien dalam pemakaian bahan bakar fosil. Sedang pelaku industri bidang energi terbarukan dapat berkiprah dalam efisiensi ekonomi transportasi.
Sedang perguruan tinggi, dalam hal ini Polinema di keilmuan dan teknologinya bersinergi dengan pemerintah dan dunia industri dengan risetnya untuk energi terbarukan di laut Indonesia. (Sylvianita Widyawati/TribunJatim.com).