Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Banyak Disebut dalam Kasus Pengeroyokan Audrey, Ini Penjelasan Psikolog Soal Tindakan Bullying

Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan kejadian yang menimpah AY, siswi SMP di Pontianak yang mengalami persekusi oleh sejumlah siswi SMA.

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Arie Noer Rachmawati
worldofbuzz.com
Ilustrasi bullying 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan kejadian yang menimpah AY, siswi SMP di Pontianak yang mengalami persekusi oleh sejumlah siswi SMA.

Melihat kejadian ini, psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Dr Achmad Chusairi MA memberikan tanggapan.

Achmad menuturkan seseorang yang rawan melakukan kekerasan merupakan pribadi yang tidak mampu mengelolah dirinya dengan baik.

"Ada banyak pilihan dalam pengelolahan diri. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Pola yang negatif melibatkan kekerasan baik yang tampak atau kasat mata agar dapat mencapai tujuannya," tutur Achmad.

BREAKING NEWS - Dua Pelaku Pembunuhan Mayat Tanpa Kepala Dalam Koper di Blitar Tertangkap

Terungkap Sosok Pelaku Mutilasi Guru Honorer Ternyata Penjual Nasi Goreng, Baru Buka Warung 10 Hari

Perilaku seseorang, lanjutnya, dilatarbelakangi oleh respon atas stimulus.

Remaja yang kerap melakukan tindakan bullying, di antaranya karena ia tumbuh di lingkungan yang diwarnai kekerasan.

"Akhirnya ia tidak banyak belajar menyelesaikan sesuatu secara non kekerasan," tutur Achmad.

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.

Ketika masa itu, mereka berusaha untuk membentuk identitasnya.

"Remaja yang rawan melakukan bullying dapat disebabkan mereka kurang belajar tentang cara berperilaku yang baik. Apabila seorang remaja hidup di lingkungan yang kerap melakukan bullying atau ia tidak diajarkan untuk bertindak secara sehat, maka seorang remaja berpotensi untuk melakukan tindakan bullying," jelasnya.

Lingkungan yang sangat berperan dalam pembentukan karakteristik pada anak adalah keluarga, utamanya orangtua, dan sekolah.

"Hal yang harus kita renungkan jangan-jangan kita selama ini hanya cenderung mengajarkan nilai-nilai praktis daripada moral, misalnya prestasi akademis," ungkap Achmad.

Penderita Diabetes di Jatim Meningkat 329 Persen, Menkes: Perubahan Gaya Hidup Jadi Faktornya

FAKTA BARU 2 Pembunuh Guru Honorer, Melambai & Jago Masak, Kebiasaan Tiap Malam Dibongkar Tetangga

Apakah mem-bully pelaku bullying dapat menjadi cara yang efektif untuk menanggulangi masalah ini?

"Secara sekilas memang tampak wajar. Tapi sebenarnya hal tersebut menunjukkan jeleknya kualitas masyarakat kita dalam berkomunikasi," ungkapnya.

Lebih baik, lanjutnya, masyarakat lebih fokus dalam mencari penyelesaian masalah.

Hukuman yang diberikan pun, harus sesuai dengan perilaku yang mereka lakukan.

"Saya setuju ada proses hukum untuk mereka, namun hukuman lain, seperti misalnya di-black list dari perguruan tinggi, malah dapat mematikan mereka," tutup Achmad. (Surya/Christine Ayu Nurchayanti)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved