Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Rumah Politik Jatim

Hadir di Pidato Kebangsaan Prabowo, Gatot Nurmantyo Sindir Anggaran TNI Kalah Jauh dengan Polisi

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) hadir dalam acara Pidato Kebangsaan di Surabaya, Jumat (12/4/2019). Me

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yoni Iskandar
Youtube/ TV ONE
Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo bicara soal sosok yang haus kekuasaan 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) hadir dalam acara Pidato Kebangsaan di Surabaya, Jumat (12/4/2019). Memberikan sambutan di hadapan ribuan pendukung Prabowo di Surabaya, Gatot menjelaskan pentingnya politik kebangsaan.

”Syukur Alhamdulillahirobill alamin, Alhamdulillahirobill alamin, Alhamdulillahirobill alamin. Kata-kata ini yang pantas saya panjatkan kepada Allah SWT. Sebab, saya bisa berdiri di sini di hadapan para pejuang, para ksatria, para patriot Indonesia,” kata Gatot mengawali pidatonya di hadapan ribuan pendukung Prabowo.

Pihaknya lantas menjelaskan alasannya datang ke acara tersebut.

”Saya datang ke acara ini, tidak ada lain karena negara dan bangsa memanggil untuk bangsa, negara, dan rakyat Indonesia. Pak Prabowo menelpon saya untuk berbicara masalah kebangsaan di sini,” katanya.

Ia menegaskan tiga poin yang ia jelaskan dalam kesempatan tersebut. Pertama adalah masalah internasional.
”Masalah internasional yang harus kita waspadai adalah global citizen atau penduduk global. Mereka tidak bicara bangsa, sebab bangsa menghambat globalisasi,” kata Gatot.

Ia lantas menyebut perbedaan Indonesia dengan Amerika dalam hal kebangsaaan. Menurutnya, Amerika membentuk negara dahulu sebelum membentuk bangsa.

Dahlan Iskan Lompat dari Jokowi ke Prabowo, Singgung Urusan Fitnah Yang Dialami Sampai 17 Tahun

Hujan Air Mata Saat Pemakaman Potongan Kepala Guru Honorer yang Dimutilasi

Daftar Promo Spesial Pemilu 17 April 2019: JCO, Breadtalk hingga Dunkin Donuts, Ini Syaratnya!

”Namun, kalau Indonesia, bangsa ada dulu, baru negara terbentuk,” katanya.

Keberadaan bangsa bisa saja hilang dengan adanya global citizen tersebut.

”Sebab, siapapun bisa menjadi penduduk negara lain, yang penting punya uang dan punya izin,” katanya.

Ia mencomtohkan beberapa daerah yang membangun perumahan elit dengan banyak penduduk asing di wilayah pedesaan.

”Ketika di sebuah daerah dibangun superblock, kemudian menaikkan NJOP sehingga pajak naik. Kira-kira, petani siap bayar nggak? Mereka pasti minggir,” katanya.

Pertanyaan ini lantas dijawab ”Tidak” secara serentak oleh para pendukung Prabowo.

”Kalau kita tidak waspada, zaman penjajahan kita menjadi pembantu, sekarang para keturunannya menjadi pembantu, dan nanti pun jadi pembantu. Inilah yang nantinya harus diwaspadai oleh pemerintahan ini,” terangnya.

Masalah kedua, dia menyoroti kekuatan inti bangsa yang ditopang kekuatan TNI dan rakyat.

”Kalau TNI kuat, rakyatnya kuat, negara manapun tak mungkin bisa. Surabaya menjadi bukti saat TNI masih bayi baru berusia berapa bulan (di tahun 1945) namun bisa melawan penjajah yang memiliki kekuatan dengan senjata canggih,” katanya.

Sayangnya, kekuatan TNI selama ini tak ditopang dengan kekuatan anggaran. Dari segi anggaran, saat masih menjadi Panglima TNI, Gatot mengaku APBN-P untuk TNI hanya sebesar Rp 6 triliun.

Hal itu harus dibagi untuk Departemen Pertahanan, Mabes TNI AD, AL, hingga AU yang memiliki jumlah personil mencapai lebih dari 455 ribu. Serta, perawatan untuk ratusan pesawat tempur, ratusan kapal perang, ribuan tank dan senjata berat.

”Tetapi, ada institusi yang tidak punya pesawat tempur dan jumlah personilnya tidak sampai 3 ribu, namun anggarannya Rp 4 triliun,” sindirnya.

Sementara, untuk Kepolisian RI anggarannya lebih tinggi, yaitu Rp 17 triliun.

"Tidak ada yang salah. Semua benar-benar saja. Tetapi, dari sisi anggaran, mengecilkan TNl," tandasnya.

Ia menegaskan bahwa seorang TNI tidak mementingkan jabatan maupun harta. Namun, pihaknya menyayangkan sejumlah elit di TNI yang diberhentikan pasca dirinya pensiun.

Di antaranya, Mayor Jenderal TNI Ilyas Alamsyah (Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS TNI)).

"Seperti Kepala Badan Intelijen Strategis, Mayjen TNI Ilyas, yang pernah menyelesaikan konflik Poso. Dia dicopot dan sampai sekarang tanpa jabatan. Justru, orang-orang bermasalah menduduki jabatan strategis," ungkapnya.

”Setiap prajurit bertanya, apa tolok ukur keberhasilan? Padahal setiap prajurit, bukan mencari harta dan jabatan, namun momentum untuk menjadi pahlawan,” katanya.

Di dalam momentum pemilu, Gatot mengingatkan pentingnya memanfaatkan hak suara dalam pemilu. Satu suara milik siapapun juga, dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.

"Jangan disia-siakan. Allah tidak melihat, walaupun satu suara tidak mengubah takdir, tapi Allah melihat semuanya memilih," tuturnya.

”Namun, jangan mempertajam perbedaan. Jangan mau dipecah-pecah. Tetap hormati perbedaan,” katanya.

Nama Gatot Nurmantyo menjadi sorotan karena selama ini belum pernah menyatakan kepastiannya mendukung salah satu calon presiden pada Pemilihan Presiden 2019. Gatot Nurmantyo menjadi satu dari puluhan nama yang dipaparkan oleh Prabowo sebagai orang yang akan membantunya jika dipercaya rakyat menjadi pemimpin di negeri ini periode 2019-2024. (bob/TribunJatim.com).

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved