Usai Bakar Mertua di Batu, Menantu Ini Pilih Sembunyi di Hutan Karena Takut Dimassa, Diciduk Polisi
Usai Bakar Mertua di Batu, Menantu Ini Pilih Sembunyi di Hutan Karena Takut Dimassa, Diciduk Polisi.
Penulis: Benni Indo | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Polres Batu mengamankan Nurul Mutholib (30) sejak Jumat (12/4/2019) sore.
Kapolres Baru AKBP Budi Hermanto menjelaskan, pelaku diamankan setelah peristiwa terjadi.
“Kejadian kemarin siang. Tadi pagi, korban meninggal. Pelaku sudah diamankan setelah kejadian,” ujar Budi, Sabtu (13/4/2019).
• Diduga Iri Punya Kasur Baru, Menantu dari Malang Ini Nekat Bakar Mertuanya Hidup-hidup, Tewas di RS
• Proyek Dikebut, Pemkab Malang Selangkah Lagi Miliki Rusunawa ASN
• Kenalkan Kereta Api keAnak-Anak, Daop 8 Surabaya Gelar Edutrain Goes To Malang
• Aremania Rela Tidur di Stadion Kanjuruhan Malang Demi Dapat Tiket Arema FC Vs Persebaya
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Anton Widodo menerangkan, kalau Nurul diamankan di hutan menjelang maghrib.
Petugas yang saat itu mendapatkan laporan dari warga langusung menuju lokasi.
“Kami sebar anggota untuk mencari pelaku. Ketemu di hutan belakang rumah. Dia tidak berani keluar karena takut dimassa,” ujar Anton.
Dipaparkan Anton, Nurul sakit hati karena sering cekcok dengan Lismini (57). Sakit hati itu membuat Nurul keluar membeli pertalite di rumah tetangga.
Belum diketahui pasti apa yang melatarbelakangi keduanya sering cekcok. Banyak informasi yang muncul di lapangan.
Ada yang mengatakan karena persoalan kasur baru, ada juga yang mengatakan soal air dan soal Nurul yang tertekan karena anaknya meninggal beberapa waktu lalu.
“Kemudian, pertalite itu dituangkan di baskom plastik agar mudah menyiramkannya ke tubuh korban,” ujar Anton.
Pada Jumat siang, ketika banyak orang sedang melaksanakan salat Jumat, Nurul datang ke rumah Lismini. Saat itu, Lismini tengah membersihkan sayur di dapur.
Nurul mengetok pintu belakang. Lismini membuka pintu itu. Tanpa diduga, Nurul langsung menyiramkan pertalite ke tubuh Lismini.
“Lalu pelaku ini menyalakan korek api. Namun didorong oleh korban sehingga korek apinya jatuh,” imbuh Anton.
Tak berhenti di situ, ternyata Nurul masih berupaya untuk membakar Lismini. Nurul melihat ada kompor gas yang berada tidak jauh dari Lismini.
Nurul lalu menyalakan kompor gas itu sehingga akhirnya api menjalar ke tubuh Lismini.
Lismini lalu pergi keluar rumah untuk meminta pertolongan. Warga yang melihat kejadian itu berupaya untuk menyelamatkan Lismini dengan handuk basah. Lismini mengalami luka bakar parah.
Lismini sempat bercerita kepada sejumlah warga sebelum dilarikan ke Puskesmas. Kondisi Lismini yang sangat parah, sehingga dilarikan ke RS Hasta Brata sebelum akhirnya dipindah ke RS Saiful Anwar Kota Malang.
“Karena korban takut diamuk massa, akhirnya lari ke ladang yang berada di belakang rumah,” tandas Anton.
Pada Sabtu pagi, sekitar pukul 5.30 wib, Lismini akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Astami (42), saksi mata sekaligus tetangga korban yang membatu menolong memadamkan api menceritakan kembali keterangan yang dikatakan Lismini sebelum meninggal.
“Tadi ada yang mengetuk pintu saat aku di dapur. Aku kira Dimas, cucuku. Setelah aku buka, kemudian disiram air warna biru. Kemudian mau dibakar dengan korek tapi tak menyala. Lalu menyalakan kompor gas dan membakar kertas," cerita Astami usai menolong korban.
Saat itu, kata Astami, Lismini yang terbakar berteriak agar Nurul dipenjara.
"Saya dibakar Nurul. Penjarakan dia," terangnya mengulang kembali ucapa Lismini.
Menurut Astami, keduanya terlihat seperti masyarakat pada umumnya. Di sisi lain, semenjak dua bulan ini keduanya terlihat tidak harmonis.
Astami dan warga sekitarnya menduga, Nurul tega membakar mertuanya sendiri karena depresi karena baru saja kehilangan anak keduanya sekitar 27 hari lalu.
Saat peristiwa, suami Nurul sedang bekerja sementara mertuanya yang laki-laki sedang Jumatan di masjid dekat rumah.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/jenazah-lismini-saat-dibawa-ke-rumah-duka.jpg)