Pilpres 2019
Wawancara Eksklusif Bersama La Nyalla: Optimistis Lolos DPD RI Hingga Isu Potong Leher
Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Jawa Timur, Ir. H. La Nyalla Mahmud Mattalitti menitipkan pesan untuk menjaga persatuan pasca pe
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yoni Iskandar
Harian Surya : Kenapa kok all-out untuk 01?
La Nyalla : Sebab, saya punya prinsip bahwa pembangunan infrastruktur yang ternyata memang Pak Jokowi itu bukan hoax. Apalagi, dengan 02 (Prabowo-Sandi), saya cukup lama dekat. Sehingga, saya bisa membandingkan. Ternyata, lebih bagus 01.
Harian Surya : Bagimana hasilnya?
La Nyalla : Yang jelas, mereka sudah memberikan laporan. Bahwa, hasil di daerah, Jokowi-Ma'ruf menang. Kecuali di beberapa daerah, termasuk tiga daerah di Madura, yaitu Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Itu pun kami belum tahu prosentasenya berapa.
Hasilnya seperti itu. Kalau orang tidak mau sama Pak Jokowi, kami tidak bisa paksakan. Tapi, fakta menunjukkan bahwa dari 14 kabupaten dan kota di Jatim yang kalah di pemilu 2014, kini menyisakan hanya sekitar 9 saja. Dulu di daerah itu kalah, sekarang menang.
Harian Surya : Terkait kekalahan Jokowi di Madura, banyak yang menagih sumpah Anda untuk potong leher. Bagaimana tanggapannya?
La Nyalla : Itu bukan sumpah. Saya pada saat itu ngomong celetuk-celetuk, biasa saja. Saya memang bilang, 'potong leher saya kalau sampai Prabowo menang di Madura'.
Hal itu untuk meyakinkan perjuangan kami. Di organisasi saya, hal itu biasa untuk memantabkan tim kerja. Perkara terus kalah, bukan suruh potong leher. Kan nggak lucu. Itu bahasa meyakinkan organisasi saya. Namun, kalau ada yang tersinggung, saya mohon maaf.
Saya nggak ada niatan menyingung orang. Saya punya komunitas Madura. Anggota saya ada disana. Sehingga, untuk meyakinkan mereka, saya ngomong seperti itu. Namun, kalau Prabowo menang, itu garis tangan dari Allah. Terus mau apa? Masa leher saya harus dipotong?
Harian Surya : Banyak yang menilai itu tantangan untuk orang Madura?
La Nyalla : Menurut saya, itu biasa saja. Saya rasa hal seperti itu banyak. Pak Amin Rais pernah bilang akan jalan kaki dari Jogja ke Jakarta. Kemudian, Ahmad Dhani mau potong burung. Terus, Anas Urbaningrum katanya mau gantung leher di Monas. Hal seperti ini biasa. Jangan dimasukkan dalam hati. Saya mohon maaf, kalau hal itu dinilai menantang. Namun, yang pasti saya bukan menantang. Intinya itu.
Harian Surya : Pasca hal itu viral, sempat mendapat ancaman?
La Nyalla : Saya nggak pernah menanggapi. Saya ngomong apa adanya. Kalau mereka tersinggung, saya minta maaf. Namun, saya tidak pernah nantang orang. Namun, kalau mereka menteror saya terus, saya ketawa. Saya dari dulu, kerjaan saya diginiin terus sama orang.
Tapi, kalau ada yang mulai, nanti pasti ada yang mengatur. Memang sudah ada yang meneror dan itu saya lapor ke polisi. Kalau ada apa-apa, pasti orang ini, orang ini. Jadi sudah termonitor semua. Negara kita, negara hukum. Sehingga, nggak perlu main-main.
Harian Surya : Pemilu selesai, apa yang bapak harapkan?