Penggagas Desa Inggris di Singosari Malang Diberi Penghargaan Rektor Unisma
Pada 2 Mei 2019 lalu, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Dr Masykuri MSi memberikan penghargaan pada sejumlah alumninya.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Beda dengan di Pare, lingkungan sudah terciptakan.
Sekolah yang pertama yang mewajibkan itu adalah MA Al Maarif di Singosari. Siswa kelas 10 diminta wajib ikut. Untuk bergerak, ia membawa bendera Yayasan Indocita.
Maka pelatihnya ke sekolah itu. Selang 1,5 bulan kemudian diminta membantu MA di Sukorejo dan berikutnya ke MA NU di Blitar.
Karena banyak peminatnya, maka ia harus mencari tambahan pengajar sebanyak 16 orang.
Mereka adalah siswa lulusan SMA.
"Akhirnya saya temukan sistem. Bahwa belajar bahasa asing itu tak perlu orang pintar namun perlu kebiasaan dan keberanian berbahasa dan perlu dukungan lingkungan," jawabnya.
(Beri Motivasi Mahasiswanya untuk Memulai Bisnis, LPPM UKWMS Luncurkan Acara Gelar Karya 2019)
Karena itu juga perlu dicetak trainer-trainer baru dengan program sembilan bulan jadi trainer.
Setelah itu mereka wajib mengajar bahasa Inggris. Setelah satu tahun, maka mereka akan dikuliahkan.
Sedang siswa-siswa SD di Kecamatan Singosari dan Lawang sudah mendapat kesempatan belajar bahasa Inggris.
Sejak berkiprah pada 2008 atau 11 tahun, sudah sebanyak 27.000 orang pernah belajar bahasa Inggris lewat lembaganya.
Ia berpesan pada mahasiswa agar tak hanya memanfaatkan waktu buat kuliah.
Namun juga perlu berkiprah ke luar untuk memperluas jaringan atau aktif di komunitas.
Sebab dari hal itu, bisa jadi dikembangkan sebagai karier. Misalkan dari hobi.
"Bisa jadi saat kuliah adalah pilihan orangtua. Namun jika karena aktifitas di luar dan punya jaringan, bisa jadi poin terbaik di karier," pungkasnya.
Reporter: Surya/Sylvianita Widyawati
(Cerita Mahasiswa Indonesia Saat di Luar Negeri Soal Persiapan Puasa Mulai Sahur hingga Berbuka)